GIANYAR – Menjelang Munas Partai Golkar di Bali suhu politik di partai beringin mulai memanas menyusul perpecahan soal dukungan ke Ketua Umum Aburizal Bakrie yang belakangan tidak solid. Klaim ketua DPD Golkar Bali I Ketut Sudikerta bahwa pencalonan ICal pada Musyawarah Nasioal (Munas) Golkar sudah final, mulai memicu riak perbedaan di internal partai.
Suara berbeda dilontarkan kader senior partai Golkar Bali Dewa Rai Budiasa yang mengatakan, pencalonan Ical kembali menahkodai partai Golkar lima tahun ke depan dianggap tidak tepat. Alasannya, Ical dinilai memilii banyak rapor kegagalan selama memimpin partai beringin lima tahun terakhir.
Kata dia, di bawah kendali Ical, partai Golkar kehilangan kewibawaan sebagai salah satu partai terbesar di panggung politik Tanah Air.
Penolakan sejumlah kader terhadap figur Ical sangat masuk akal, sebab di bawah kepemimpinannya, gagal meraih kesuksesan yang ditargetkan partai Golkar, yang dikenal dengan Program Catur Sukses yang dirumuskan sendiri oleh Ical bersama timnnya.
“Bagaimana mungkin, kita memilih orang yang menggagalkan program yang dibuatnya sendiri. Ini kan aneh, semua kader saya yakin tahu betul tuh,” tukas mantan Ketua Bidang Organisasi, Kaderisasi dan Kepemudaan (OKK) DPD Golkar Bali tiga periode ini, Senin (24/11/14).
Rai Budiasa mengungkapkan, Program Catur Sukses yang gagal dijalankan Ical, antara lain sukses konsolidasi organisasi. Pada masa Ical, Golkar gagal dan bahkan tidak mampu memperbaharui pengurus di tingkat bawah.
“Tidak ada kaderisasi pengurus. Mencalonkan diri menjadi Ketum itu sama dengan memotong kaderisasi Golkar,” tandas politisi kawakan asal Gianyar itu. Yang Kedua, sukses Kaderisasi dan keanggotaan. Namun gagal karena pengkaderan tidak jalan dan pembuatan kartu anggota berasuransi tidak ada.
Selanjutnya dia sendiri ingin maju lagi jadi mandeklah kaderisasi.”Selanjutnya dia sendiri ingin maju lagi, jadi mandeklah kaderisasi,” ujarnya sengit. Ketiga, sukses pembangunan. Pembangunan Golkar di masa Ical bisa dikatakan gagal semuanya. Malah saat ini Golkar berada di di luar sistem.
“Kita di luar pemerintahan, mana mungkin bisa sukses. Karena sukses Pembangunan adalah identik dengan program pemerintah yang di dalamnya ada Golkar,” jelasnya. Keempat, sukses dalam Pemilu/Pilkada/Pilpres. Dalam hal Pemilu Golkar paling gagal.
“Pileg melorot. Pilpres apalagi. Jangankan menang, hanya menjadi Calon saja gagal. Ical harus kesana kemari dan gagal juga,” tutupnya. (rma)