Ekonomi Bali Melesat ke Peringkat Empat Nasional, BI Waspadai ‘Rem Tangan’ Inflasi

Euforia pertumbuhan, ada dua risiko besar yang harus dikendalikan: inflasi dan stabilitas daya beli masyarakat.

13 November 2025, 14:26 WIB

Singaraja– Provinsi Bali mencatatkan kinerja ekonomi yang mengesankan, dengan pertumbuhan mencapai 5,8 persen. Angka ini menempatkan Bali dalam jajaran empat besar provinsi dengan pertumbuhan tertinggi di tingkat nasional, sebuah capaian yang disampaikan Deputi Bank Indonesia (BI) Provinsi Bali, Yusuf Wicaksono Hascaryotomo.

Namun, keberhasilan ini hadir bersama tantangan krusial. BI mengingatkan di tengah euforia pertumbuhan, ada dua risiko besar yang harus dikendalikan: inflasi dan stabilitas daya beli masyarakat.

Yusuf Wicaksono menggarisbawahi dua fokus utama yang harus dijaga agar momentum pertumbuhan tidak hilang.

Meredam Lonjakan Harga: Bagaimana memastikan bahwa laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi tidak serta merta diikuti oleh lonjakan harga barang dan jasa yang tidak terkendali.

Menjaga Daya Beli: Memastikan stabilitas pertumbuhan ekonomi dapat dipertahankan agar daya beli masyarakat tetap kuat dan tangguh terhadap gejolak.

“Dua tantangan utama inilah yang menjadi sorotan. Kami, bersama semua pemangku kepentingan, harus secara aktif mengomunikasikan bagaimana pertumbuhan dapat terjaga tanpa dibayangi oleh inflasi,” tegas Yusuf Wicaksono dalam Capacity Building Sehat Media BI Bali di Singaraja 13-14 Februari 2025.

Menurut BI, kunci untuk menetralisir dampak negatif inflasi adalah melalui informasi yang akurat dan transparan. Bank Indonesia meminta peran aktif media untuk mendiseminasikan data ekonomi secara mudah dipahami kepada masyarakat dan pelaku usaha.

“Informasi yang baik sangat menentukan ekspektasi masyarakat. Biasanya, masyarakat sudah mengantisipasi inflasi menjelang momen-momen penting seperti Galungan dan Kuningan,” jelasnya.

Dengan penyampaian informasi yang tepat, BI berharap perilaku ekonomi masyarakat dapat terkendali, sehingga kekhawatiran berlebihan (ekspektasi inflasi) tidak memicu kenaikan harga yang sebenarnya.

Pengelolaan ekspektasi ini adalah langkah proaktif agar inflasi tidak menjadi “rem tangan” yang tiba-tiba menghentikan laju positif pertumbuhan ekonomi Bali.

Kerja sama kolektif dalam menjaga harga dan penyebaran informasi yang positif diharapkan dapat menjamin pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan memberikan dampak positif bagi kesejahteraan masyarakat. ***

Berita Lainnya

Terkini