JEMBRANA – Agus Ali pria berusia 66 tahun asal Banyuwangi Jawa Timur ini sudah puluhan tahun menekuni profesi sebagai pembersih perkakas upacara bagi umat HIndu seperti bokor. Saking setianya dengan profesi itu dan kemahirannya berbahasa Bali sehingga dia dijuluki Pak Bokor.
Kesehariannya, dia bekerja sebagai pembersih perkakas upacara seperti bokor, saab maupun loyang yang terbuat dari tembaga perak dan kuningan. Lantaran sering berinteraksi dengan orang Bali, diapun mampu berbahasa daerah itu bahkan bisa berbahasa Bali halus.
Kemampuannya berbahasa Bali, diketahui saat menjalani profesi sebagai pembersih bokor, Senin (26/12/16) di salah satu rumah warga Desa Batuagung. Ayah empat anak yang indekos di Lingkungan Ketugtug Loloan Timur sejak tiga tahun lalu ini, menuturkan, ia bisa berbahasa Bali dipengaruhi profesinya sebagai pembersih bokor.
Pasalnya perkakas upacara yang menjadi obyek pekerjaannya kebanyakan berada di rumah-rumah orang Bali sehingga komunikasi lebih sering dengan berbahasa Bali. Lama-lama jadi bisa dan terbiasa. Ali yang mengaku kurang lancar berbahasa Indonesia itu, mengaku Keterampilannya membersihkan bokor ia peroleh dari gurunya di Kabupaten Bangli.
Setelah gurunya meninggal duania. Ali berkeling ke Pulau Bali menawarkan jasanya hingga merambah daerah Tabanan dan Buleleng untuk membersihkan bokor. Dijelaskan, dirinya dahulu memakai asem, namun sekarang sudah pakai bahan kimia untuk membersihkan.
Untuk satu bokor besar Ali menarik ongkos Rp 50 ribu, sedangkan untuk jenis saab kecil (tutup bokor) dihargakan Rp. 5 – 10 ribu menurut bentuknya. Kini, diusinya kian senja, Ali masih kuat berjalan kaki dari satu desa ke desa lainnya untuk menawarkan jasa membersihkan bokor.
Dian tidak menetap di Jembrana, ia berpindah-pindah kost kalau masa kostnya sudah selesai. Saking lamanya menjalani profesi sebagai pembersih bokor Ali sudah memilki banyak pelanggan di Jembrana, hingga kemudian Ali dijuluki Pak Bokor. (rhm)