FGD IKA-ITS, Dorong Masyarakat Kota Efisien dalam Pemanfaatan Air Bersih

9 Desember 2018, 22:14 WIB
ITS
Ikatan Alumni Institut Teknologi Sepuluh November (IKA ITS) Surabaya Wilayah Bali menggelar FGD di Denpasar/foto:istimewa

DENPASAR – Masalah ketersediaan air bersih dihadapi masyarakat perkotaan seperti Denpasar sehingga diperlukan teknologi penyediaan air bersih yang tepat serta bagaimana mendorong budaya efisiensi dalam pemanfaatan air.

Demikian beberapa pokok pikiran yang mengemuka dalam Focus Group Discussion (FGD) dengan tema “Tantangan dan Strategi Penyediaan Air Bersih di Bali” di Hotel Puri Ayu Denpasar, Sabtu (8/12/2018).

FGD digelar Ikatan Alumni Institut Teknologi Sepuluh Nopember (IKA ITS) Surabaya – Wilayah Bali, guna meningkatkan pemahaman masyarakat mengenai isu yang merebak terkait ketersediaan air bersih di Bali.

Dosen ITS Eddy Setiadi Soedjono PhD, mengungkapkan, target RPJMN (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional) tahun 2015 – 2019 yaitu tercapainya universal access atau cakupan akses 100% untuk air minum, 0% kawasan kumuh, 100% untuk sanitasi.

Cakupan 100% air minum yang dimaksud adalah semua daerah di Indonesia 100% terlayani oleh air bersih. Hanya saja, sampai saat ini terjadi kesenjangan atau gap antara water demand dengan water supply.

Kenyataannya, kebutuhan air di perkotaan kurang lebih sebesar 200 liter per orang, sedangkan berdasarkan Permen PU No 14/2010 kebutuhan air bersih 60 liter per orang per hari. “Jadi ada kelebihan konsumsi 140 liter per orang,” katanya menegaskan.

Dia mencontohkna, di Singapura mereka tidak punya sumber mata air dan air sangat mahal sehinggi mereka akhirnya mengubah air limbah dijadikan air minum. Sebenarnya di Indonesia bisa saja seperti Singapura karena teknologinya sendiri sudah ada. Namun, ini belum dapat diterima masyarakat karena masalah nilai ‘rasa’.

“Segala macam teknologi yang dicetuskan pemerintah, akademisi dan praktisi menjadi sia-sia jika tidak didukung dengan partisipasi masyarakat untuk membudayakan pemanfaatan air yang efisien,” jelas Eddy..

Dalam kesempatan sama, Kepala Balai Wilayah Sungai (BWS) Bali Penida I Ketut Jayada, menyebutkan, BWS Bali berencana membangun bendungan untuk menutupi kekurangan lima kubik air di Ibu Kota Provinsi Bali.

“Caranya harus bikin bendungan untuk Denpasar, untuk bantu 1,7 kubik. Dan nanti akan dibangun 5 bendungan,” sambugnya. Selama ini, air PDAM hanya mampu melayani sekitar 58 persen kebutuhan air bersih warga kota. Hal ini karena jumlah penduduk Denpasar yang banyak dan juga sektor pariwisata.

“Beruntung Denpasar punya air tanah yang bagus. Jadi 42 persen masyarakat bisa menggunakan air tanah,” papar dia. Hanya saja, penggunaan air tanah secara berlebihan memiliki beberapa dampak buruk. Jika dipakai secara terus menerus, akan terjadinya penurunan permukaan tanah seperti yang terjadi di Jakarta.

“Untuk itu kami berupaya menyediakan air di atas untuk mengurangi pemakaian air tanah. Terutama banyak hotel memakai air tanah,” imbuhnya.

FGD menghadirkan narasumber anggota DPRD Bali, AA Ngurah Adhi Ardhana ST, Dirut PDAM Gianyar Made Sastra Kencana yang juga mewakili Persatuan Perusahaan Air Minum Seluruh Indonesia (PERPAMSI) Bali, dosen Unud Prof Ir I Nyoman Norken PhD juga Managing Director The Nusa Dua Bali AA Istri Ratna Dewi.

Ketum PW IKA ITS Bali, Wayan Mahardika menyatakan, FGD ini sebagai bentuk kontribusi alumni ITS yang tersebar di berbagai bidang pekerjaan, terhadap pembangunan Bali.

Sebagai bagian dari masyarakat intelektual Bali, alumni ITS memiliki peran dan tanggung jawab yang besar membantu pemerintah menjawab dan menghadapi tantangan ekonomi di masa yang akan datang. “Focus Group Discussion (FGD) merupakan kegiatan berkelanjutan di IKA ITS Bali,” ujar Mahardika. (*)

Artikel Lainnya

Terkini