FIB UGM Kebut Penelitian dan Program Doktor

5 Maret 2017, 07:50 WIB

YOGYAKARTA – Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta menargetkan penambahan staf pengajar atau dosen bergelar doktor memperbanyak penelitian dan memperluas publikasi agar semakin dikenal khalayak.

Saat ini FIB masih kekurangan sekitar 10 dosen bergelar doktor. “Persoalan dosen dengan gelar doktor ini menjadi target institusional FIB,”kata Dekan FIB UGM, Dr. Wening Udasmoro. Dikutip dari laman ugm.ac.id, Wening menyampaikan laporan kerja fekan dalam rapat senat terbuka peringatan Dies Natalis FIB ke-71 di kampus setempat.

Wening menyebutkan sejak tahun 2012-2017 terdapat perkembangan signifikan terkait jumlah doktor di FIB. Jumlah ini merangkak naik dari 34 orang (25,95%) menjadi 66 orang (43,14%).

Meskipun begitu, jumlah tersebut belum mampu mencukupi untuk mengisi batas minimal dosen di setiap program studi. Selain itu, pada 2017 ini, Kajian Timur Tengah akan bergabung kembali di FIB sehingga harus menyiapkan setidaknya enam dosen bergelar doktor di program ini.

“Untuk memenuhi kebutuhan tersebut hanya ada satu hal yang bisa dilakukan yaitu meningkatkan status para dosen dari yang belum doktor untuk segara melanjutkan studi ke jenjang doktoral,” tuturnya.

Dalam kesempatan itu, Wening juga akan menggenjot penelitian dan publikasi di FIB. Untuk itu, para dosen didorong untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas penelitian serta memublikasikan penelitian yang telah dilakukan dalam berbagai jurnal nasional dan internasional.

“Harapannya jumlah publikasi akademisi FIB dapat meningkat perlahan-lahan pada jenjang reputasi yang semakin luas,” katanya.

Wening menjelaskan saat ini FIB juga berupaya untuk mengimplementasikan kebijakan afirmatif UGM untuk mengembangkan ilmu pengetahuan bagi kesejahteraan seluruh masyarakat Indonesia termasuk di wilayah terdepan, terluar, dan tertinggal (3T).

Affirmative action ini dalam tahap awal diarahkan bagi calon mahasiswa program pascasarjana dan diikuti dengan usaha membuka jalan agar program ini dapat dilakukan pada calon mahasiswa program sarjana di masa mendatang. “Kita berharap affirmative action ini bisa segera dilakukan secara konstruktif,” harapnya. (des)

Berita Lainnya

Terkini