Kabarnusa.com –
Fikar School, sekolah berbasis homeschooling mempopulerkan school with
coaching method. Coaching bisa diartikan sebagai suatu pendekatan yang
digunakan untuk menggali dan mengembangkan potensi siswa dengan
didampingi seorang coach, agar setiap siswa dapat tumbuh, berkembang dan
sukses dengan potensinya masing-masing.
“Fikar School
hadir untuk memberikan solusi bagi orang tua yang menginginkan anak
untuk bersekolah sambil mengembangkan bakat dan potensinya, atau
sebaliknya mengembangkan bakat anak sambil bersekolah,” kata founder
Fikar School, Donny Adiguna, saat Grand Opening Introducing School with
Coaching Method, di jalan Bandung Terusan, Cinere, Kota Depok belum lama
ini.
Selain menerapkan metode coaching, dia juga menerapkan Project Based Learning (PBL).
PBL
ini sangat bermanfaat untuk siswa karena siswa secara aktif dalam
sebuah kelompok akan terlibat atau membuat sebuah project tertentu yang
disesuaikan dengan materi pelajaran yang dikorelasikan dengan kehidupan
keseharian mereka di luar sekolah.
“Dalam prakteknya, Fikar school tidak hanya mengedepankan pembelajaran berbasis kelas namum lebih dari itu,” ungkapnya.
Dirinya
mendirikan homeschooling, karena ia melihat bahwa tidak semua
pendidikan formal bisa membuat setiap anak memiliki kebebasan dalam
menentukan apa yang menjadi pilihan mereka di masa depan.
“Saya
terus mencari alternatif yang lain, ketemulah dengan pendidikan
homeschooling. dimana kami (berusaha) lebih dari sekedar homeschooling.
Kami bukan sekedar memberikan sertifikat kelulusan saja kepada anak
didik kami, tetapi dalam segala hal. Dari karakternya, dari agamanya,
dan dari tujuan hidupnya,” ulas Doni.
Ketika mendirikan Fikar Homeschooling pada tahun 2008, dirinya pun sempat pesimis dengan homeschooling.
Karena
banyak masyarakat awam beranggapan kalau anak-anak mereka menempuh
pendidikan melalui jalur homeschooling, maka anak-anak mereka akan
menjadi tidak gaul, hanya di rumah saja, atau tidak bisa bersosialisasi
dengan lingkungannya.
Ada pula yang beranggapan,
homeschooling hanya untuk anak-anak tertentu seperti artis, musisi,
atlet, dan sebagainya, bukan untuk masyarakat umum. Doni berpesan agar
jangan sampai orang tua yang ingin anaknya menempuh pendidikan melalui
homeschooling masih punya pemikiran dan kekhawatiran seperti itu.
“Saya
ingin mengubah paradigma itu. Saya coba memutus mata rantai
kekhawatiran masyarakat dengan mendirikan Fikar School. Fikar school
berbeda, kami tidak seperti sekolah pada umumnya,” ulas Donny.
Dia
menyarankan para orang tua, ketika anak-anaknya ingin mengasah
potensinya maka harus ditangani oleh orang-orang yang profesional. Dia
mencontohkan, ketika anaknya sendiri bercita-cita menjadi pemain sepak
bola, maka dia ingin anaknya dilatih oleh profesional.
“Jadi,
apa yang dipelajarinya tidak setengah-setengah. Dia benar-benar
mempelajari skill yang tepat sebagai bidang yang menjadi pilihannya.
Oleh karena itu, ketika sekolah formal tidak bisa menjawab hal ini,
homeschooling menjadi salah satu solusi,” ujarnya.
Secara
terpisah, Dewan Pembina Fikar School Seto Mulyadi mengatakan, Fikar
School adalah sebuah sekolah yang mendidik siswa-siswanya dalam suasana
ramah anak, kreatif, dan menyenangkan.
Pihaknya membuka
ruang yang sangat luas untuk mengembangkan potensi-potensi unik dari
setiap siswa berdasarkan teori multiple intelligences dari Howard
Gardner.
“Kami menggunakan methode coaching dalam
menggali dan mengembangkan potensi setiap siswa, karena setiap siswa
kami anggap memiliki kebutuhan yang berbeda,” kata Seto Mulyadi yang
juga Ketua Dewan Pembina Komisi Nasional Perlindungan Anak itu.
“Di Fikar School, pendidikan berbasis karakter dan keagamaan sangat kami kedepankan,” tutupnya. (gek)