Workshop digelar Komisi Penanggulangan Aids (KPA) Provinsi Bali/Kabarnusa |
Denpasar – Komisi Peduli Aids (KPA) Provinsi Bali akan memperkuat
peran-peran masyarakat atau non-pemerintah dalam upaya membangun kepedulian
terhadap Aids dan masalah kesehatan terkait.
Sejak lahir tahun 2019, Forum Peduli Aids (FPA) Bali, sebagai wadah para
individu dan Lembaga yang memiliki kepedulian terhadap Aids dan masalah
kesehatan Terkait
Pengurus Forum Peduli Aids Bali Made Efo Suarmiartha menyampaikan itu saat
workshop digelar Komisi Penanggulangan Aids (KPA) Provinsi Bali di Denpasar,
Rabu (24/3/2021).
Efo menyampaikan, seluruh program kegiatan sebagai bentuk partisipasi para
lembaga atau individu yang berkomitmen dan peduli terhadap permasalahan Aids.
Ditegaskan, keberadaan FPA sebagai penggerak pada sisi pendukung program dan
bukan sebagai inplementor program.
“Peran fokus pada jejaring, penguatan kapasitas, komunikasi, partisipasi aktif
dan media konsultasi,” tuturnya. Salah satu yang menjadi perhatiannya saat pandemi ini, terhadap kelompok
mandiri peduli Aids.
Dia kembali menegaskan, kemandirian forum ini penting jadi tidak tergantung
donor atau pendanaan. Untuk itu, pihaknya terus mendorong dan melibatkan
partisipasi pihak-pihak yang memiliki misi sama yakni memiliki kepedulian
terhadap upaya penanganan Aids di Bali.
“Bagaimana keberlanjutannya, maka kita ikat dalam komitmen bersama, terlibat
dalam proyek bersama,” imbuhnya dalam workshop yang dihadiri kalangan media
online ini.
Pihaknya terus menggerakkan semua anggota forum agar mampu berkontribusi saat
pandemi. Jadi, dibuat program berbagi saat pandemi ini seperti workshop
bersama lewat konsorsium.
“Kami senantiasa tanamkan kemandirian, bagaimana membuat konsorsium tingkat
internasional, jadi pelaksanaanya bukan FPA, FPS sebagai agen saja,”
sambungnya didampingi pengurus KPA Bali Yuni Ambara dan Komunitas Jurnalis
Peduli Aids (KJPA) Bali Rofiqi Hasan.
Pada kesempatan sama, Yuni Ambara menambahkan, pihaknya memberikan ruang luas
kepada KJPA untuk bersama-sama melaksanakan program penanganan Aids.
“Kami bermitra kuat dengan KJPA, dalam waktu dekat menggelar workshop diskusi
seperti membahas Perda No 3 Tahun 2006 bahwa penanggulangan HIVC/Aids adalah
salah satunya dengan media,” tutur Ambara.
Selain itu, pihaknya akan terus melakukan program kegiatan untuk promosi
pencegahan, konseling dan tes sukarela rahasia, pengobatan dan perawatan.
“Itu semua butuh dukungan teman-teman media dan Pokja ini menaungi teman-teman
jurnalis dalam penanggulangan Aids,” demikian Yuni. (rhm)