FSY 2024 Digelar, Angkat Keberagaman dan Kekayaan Karya Sastra Yogyakarta

FSY merupakan agenda tahunan yang diselenggarakan l Pemkot Yogyakarta melalui Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) Kota Yogyakarta.

21 Oktober 2024, 14:40 WIB

Yogyakarta – Festival Sastra Yogyakarta (FSY) 2024 kembali digelar yang mengangkat keberagaman dan kekayaaan karya sasta di Yogyakarta.

Mengawali FSY 2024 dengan agenda sayembara penulisan puisi bertema Siyaga.

Ajang seni budaya tahunan ini menyoroti keberagaman dan kekayaan karya sastra di Yogyakarta.

FSY merupakan agenda tahunan yang diselenggarakan l Pemkot Yogyakarta melalui Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) Kota Yogyakarta. Pada gelaran tahun 2024 ini mengusung tema SIYAGA, yang sekaligus juga menjadi tema pada sayembara puisi.

Sayembara dibuka 18 Oktober hingga 18 November mendatang, bersifat nasional terbuka luas untuk seluruh masyarakat Indonesia.

Pengumuman pemenang pada 28 November 2024 melalui akun instagram Dinas Kebudayaan Kota Yogyakarta dan Festival Sastra Yogyakarta.

Dewan juri adalah penyair Makassar Aan Mansyur, Penyair Jogja Mutia Sukma dan penulis yang juga akademisi UGM Saeful Anwar.

Panitia menyediakan hadiah berupa uang tunai, trofi, dan sertifikat. Juara pertama sebesar Rp 3.000.000,- (tiga juta rupiah), juara kedua sebesar Rp 2.500.000,- (dua juta lima ratus ribu rupiah), juara ketiga sebesar Rp 2.000.000,- (dua juta rupiah), dan juara keempat sebesar Rp 1.500.000,- (satu juta lima ratus ribu rupiah) serta juara kelima sebesar Rp. 1.000.000,- (satu juta rupiah).

Semua hadiah akan dipotong pajak. Selain itu karya terpilih akan diterbitkan dalam buku ’Antologi Puisi’ oleh Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) Kota Yogyakarta.

Karya puisi dikirim melalui link https://bit.ly/sayembarapuisinasional2024.

Ketentuan sayembara

  1. Terbuka untuk umum, Warga Negara Indonesia (dibuktikan dengan KTP)
  2. Tema puisi: Siaga
  3. Peserta mengirimkan maksimal 3 karya puisi
  4. Mengisi surat pernyataan keaslian karya (dapat diunduh di link)
  5. Peserta mengunggah karya puisi, identitas, surat pernyataan keaslian karya, dan
    biodata singkat di google form
  6. Karya belum pernah dipublikasikan dalam bentuk apapun
  7. Puisi tidak sedang diikutkan dalam sayembara serupa
  8. Format : .doc / .docx (MS Word), spasi 1,5, font TNS ukuran 12, kertas A4

Penggagas Festival Sastra Yogyakarta sekaligus Kepala Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) Kota Yogyakarta, Yetti Martanti menjelaskan Festival Sastra Yogyakarta adalah perayaan tahunan yang menyoroti keberagaman dan kekayaan karya sastra di Yogyakarta.

“Acara ini menjadi ajang berkumpulnya penulis, penyair, seniman, dan pencinta sastra dari berbagai latar belakang untuk saling berinteraksi, berbagi karya, dan memperkaya khazanah sastra nusantara,” kata Yetti dalam keterangan tulisnya, Minggu 20 Oktober 2024.

Sehingga melalui berbagai agenda kegiatan, festival ini, ia berharap dapat memperkuat posisi Yogyakarta sebagai kota budaya, sekaligus kota sastra.

“Festival Sastra Yogyakarta juga menjadi perayaan hangat yang menyambut kembali pertemuan-pertemuan antar warga sastra se-nusantara di Kota Yogyakarta,” tambahnya.

Sebagai informasi, Festival Sastra Yogyakarta mengusung tema “MULIH” (2022), dan “SILA” (2023), pada gelaran tahun 2024 ini, FSY merespon tema “SIYAGA” dalam sastra dan budaya.

‘SIYAGA’, dimaknai sebagai ancangan sikap pelaku dan penikmat sastra dalam menghadapi perubahan besar yang sedang terjadi. Arena, medan, ruang, dan media sastra tengah mengalami pergeseran signifikan.

Intermedialitas mengemuka beriring dengan perubahan model produksi dan distribusi karya, yang berdampak pada munculnya cara-cara baru dalam menikmati sastra.

FSY berupaya membaca kembali medan sosial sastra dalam ulang alik dinamika budaya. Arena sastra tidak lagi sesederhana pasar bagi pengarang dan penerbit. Namun, muncul pula pelaku kreatif lain yang mendapatkan manfaat dalam pasar sastra.

Misalnya, ilustrator, penerjemah, pendengung (influencer satra/bookstagram), dan komunitas-komunitas kreatif dalam lingkaran sastra.

Tajuk ‘SIYAGA’ menautkan perayaan sastra ini untuk membaca realitas kebangsaan di masa transisi, sebagai upaya seni dalam merawat demokrasi. Sebagaimana gelombang sosial-politik selalu memantik riak dalam perjalanan sastra kita.

Sebagai peristiwa publik, SIYAGA menjadi ruang bersama untuk mempertanyakan kembali cara pandang kita atas keragaman praktik sastra, dan refleksi bersama di mana semestinya festival ini menempatkan diri.

Aneka tafsir tema tersebut akan dirangkai dalam festival yang diselenggarakan pada 28–30 November, di situs seni budaya terbaru kawasan selatan kota Jogja, Taman Budaya Embung Giwangan.

Kurator FSY 2024, Ramayda Akmal dalam catatannya menjelaskan FSY menawarkan tema “Siyaga” sebagai sikap diri bersastra yang sadar akan perubahan besar yang tengah terjadi itu.

“Sikap tersebut mewujud pada keadilan dan keterbukaan pada peluang munculnya cara-cara baru dalam praktik bersastra,” ujar Akmal.

Selain dalam ekosistemnya sendiri itu, sastra yang siyaga berarti sastra yang bisa menjadi ruang untuk membaca realitas-realitas eksternal yang melahirkannya.

Sastra yang siyaga juga berarti peka terhadap isu-isu kebangsaan di masa transisi, sigap menyuarakan permasalahan-permasalahan ekologis di lingkungan kita, dan terus menerus memperjuangkan kesetaraan dan kebebasan ekspresi bagi pegiat sastra di Indonesia. ***

Berita Lainnya

Terkini