Bincang media bersama Ketua Tim Akselerasi Pembangan untuk Tempat Wisata Kuliner dan Belanja Kemenpar Vita Datau dan Direktur Utama Makanan Indonesia yang Baik Astrid Maharani Prajogo |
BADUNG – Selain dikenal keindahan alamnya seperti pantai, Pulau Bali memiliki pesona lain dalam bidang kuliner yang bisa membikin betah wisatawan. Banyak pusat-pusat kuliner yang sudah mendunia disukai wisatawan asing, kelezatan cita rasa kuliner tradisional dengan sentuhan modern seperti di Canggu Kabupaten Badung.
Perjalanan menikmati wisata kuliner di sekitar Pantai Berawa, Desa Canggu Kecamatan Kuta Utara terasa mengasyikkan. Apalagi, dengan berkeliling menaiki skutis, menyusuri satu demi satu kafe- atau restoran yang tak pernah sepi dari wisatawan.
Pusat-pusat, kuliner yang khas dan unik, ada yang berlatar pemandangan hamparan sawah, atau kebun menjadi daya tarik bagi para pemburu kuliner. Tak terkecuali puluhan rombongan media yang tergabung dalam kegiatan Gastrotrip at Nomadic Destination, Rabu (12/12/2018).
Ya, mereka menikmati tur makanan Indonesia yang Baik, perencana Good Indonesian Food Tour membawa para pecinta makanan dan wisatawan yang berbudaya, merencanakan untuk menghabiskan liburan akhir tahun 2018 mereka di jalur baru di sepanjang tiga kota paling penting di negara ini, termasuk di Bali selain Jogjakarta, dan Jakarta.
Para pelancong milenial saat ini, mencari pengalaman perjalanan yang lebih otentik dan menarik ketika mengunjungi suatu destinasi, membenamkan diri dalam gaya hidup, adat istiadat dan budaya lokal yang otentik sebagai cara untuk terhubung dengan orang-orang dan benar-benar berada di bawah permukaan suatu tempat.
“Makanan menceritakan kisah tentang suatu tujuan dengan cara yang dipelajari oleh wisatawan,” tutur Direktur Utama Makanan Indonesia yang Baik Astrid Maharani Prajogo. Pihaknya mengajak para pelancong bisa lebih menghargai, mengkonsumsi makanan dan minuman yang mencerminkan masakan lokal, regional dan nasional, sejarah, warisan, budaya, dan rakyatnya.
Salah satu program yang ditawarkan dari Gastro Koleksi perjalanan adalah Canggu Instafood Hunting dengan Skutis. Para tamu berkesempatan menjelajahi pemandangan, suara, dan cita rasa yang kaya dari Indonesia melalui pulau nomaden, tujuan nomaden paling didambakan, kawasan Desa Canggu yang kepopulerannya mulai mendunia.
Mereka menikmati hidangan khas lokal dengan sentuhan internasional saat mereka menikmati Foodie Buddy lokal dengan skuter listrik dari satu tempat favorit dan tempat makan Instagram ke restoran berikutnya.
Selama perjalanan tiga jam ini, tentu sejalan dengan kampanye Kementerian Pariwisata untuk mempromosikan pariwisata nomaden yang didedikasikan untuk lebih meningkatkan pengalaman pariwisata milenium.
“Beberapa yang utama dari wisata nomaden adalah kreativitas dan ketidakkekalan. Canggu adalah contoh sempurna dari tempat makan dan toko nomaden, serta ruang-ruang kerja bersama yang menakjubkan bagi para pelancong,” tutur Astrid.
Salah satu menu disajikan restoran di Canggu yang disukai wisatawan asing berupa Burger Tempe dikombinasi kulit ubi cilembu |
Canggu telah diakui sebagai salah satu daerah tujuan wisata nomaden terbaik seperti kata Vita Datau. Tiga tempt yang banyak diburu pelancong milenial dan wisman seperti di Parachute Bali, Warung Goulhe dan Shady Shack. Ada banyak acara pariwisata sepanjang Tahun ini. Mereka memiliki atraksi gastronomi yang luar biasa yang tersedia di Bali, Jogiakarta, dan Jakarta.
Program GastroTrip, bertujuan memperkaya pengalaman liburan kuliner dalam kegiatan gastronomi lokal yang dikurasi dengan baik serta mempromosikan beragam musim akhir Costro Musim liburan dimulai 20 Desember 2018 dan akan berlanjut 1 Januari 2019-an.
Ditambahkan Vita, Indonesia memiliki kuliner yang khas telah mendunia seperti rendang, nasi goreng, sate soto dan gado-gado. Kelima jenis makanan ini telah ada tersedia di restoran-restoran sejumlah negara.
“Kita punya makanan dan minuman nasional, harus disuarakan, seperti sekarang ini makanan dan minuman yang cocok untuk orang yang nomadic, perjalanan wisaya yang berpindah-pindah tempat,” sambungnya.
Peserta Gastrotrip mencicipi kuliner sehat di Puche |
Mengapa kuliner Indonesia masih kalah populer seperti dengan Thailand, karena salah satunya disebabkan kurangnya promosi. Sebagai contoh di Bali itu jika dikupas memiliki banyak ragam dan cerita filosofi tentang kuliner. Itu semua bisa dikupas dieksplore kemudian disuarakan lewat media seperti instrgaram sehingga semakin menarik minat khususnya pelancong milenial.
“Pemerintan memfaslitasi dan mendorong, yang bekerja ya pelaku-pelaku industrinya, salah satunya kuliner,” imbuhnya.
Banyak sekali kuliner yang belum terekpos sehingga belum banyak yang tahu. Bagaimana makanan sehat seperti tempe yang belum diekspos secara luas. Tempe sebagai makanan sehat tradsional setelah diproses secara sehat dan sentuhan dunia, menjadi sajian kuliner yang bercita rasa tinggi dan bernilai lebih,
“Melalui gastrotrip ini, jalan ke tempat tempat yang tidak bissa dan seterusnnya wisatawan baru mengetahui ada kuliner sehat dan baik,” demikian Vita. (rhm)