Gerakkan Konsumsi Rumah Tangga, Desa Adat Bali Diharapkan Bangun Toko Ritel

13 Juni 2021, 07:19 WIB

Direktur Bali Business Network, I Made Abdi Negara,

Denpasar – Untuk menggerakkan sektor konsumsi rumah tangga desa adat
dan desa dinas di Provinsi Bali diharapkan membangun toko ritel. Di tengah
ketidakpastian kondisi ekonomi di Bali, Bali Business Network mendorong
Gubernur Bali untuk segera memimpin gerakan besar membangkitkan ekonomi Bali.

Gerakan ekonomi yang segera bisa menggerakkan dari hulu ke hilir untuk tujuan
menciptakan perputaran ekonomi yang bisa menimbulkan dampak multiflier efect.

Direktur Bali Business Network, I Made Abdi Negara, saat ini masyarakat Bali
ada dalam situasi penuh ketidakpastian dan diperberat dengan efek traumatik
yang menyerang psikologis masyarakat akibat Pandemi COVID – 19 yang juga masih
belum jelas dimana hilirnya.

Menurutnya Bali tidak bisa menunggu lebih lama lagi berada dalam situasi
ketidakpastian. Ini akibat dari daya dukung Bali, di luar daya dukung industri
pariwisata sangat rendah.

“Secara psikologis, masyarakat juga sedang sangat tertekan dari sisi ekonomi,
tertekan karena tidak bisa melaksanakan interaksi sosial secara leluasa,
tertekan karena tidak bisa melaksanakan kegiatan spiritual seperti sebelum
pandemi dan sangat tertekan akibat ketakutan atas pandemi COVID – 19
berkepanjangan dan munculnya berita adanya COVID varian baru, dalam situasi
seperti ini, harus di lihat sisi psikologis yang sedang tidak baik,” ujarnya.

Menurutnya, saat ini selain perlu dampak langsung berupa income untuk
menunjang hidup, masyarakat juga mengharapkan dorongan spirit dan motivasi
dari tokoh tokoh Bali. Spirit dan motivasi ini akan membuat semangat kita
pulih, untuk berani menatap masa depan.

Gerakan gerakan yang dilakukan Ketya Dekranasda Bali Putri Koster, yang
langsung menciptakan interaksi ekonomi melalui berbagai festival UMKM, pasar
murah, gerakan gerakan sosial, sebenarnya sangat strategis.

“Gerakan seperti inilah yang sebenarnya diharapkan oleh masyarakat, karena
secara langsung akan menghidupkan berbagai sektor, baik perdagangan, industri
skala kecil dan menengah serta sektor lain yang terkait,” jelasnya.

Menurut Abdi, gerakan yang sudah diinisiasi ini mesti diwujudkan dalam sebuah
gerakan yang lebih besar dan melibatkan berbagai sektor dengan melalui
mekanisme sebuah Paruman Agung Krama Bali yang secara khusus berbicara di
aspek mendorong dan menghidupkan ekonomi Bali secara tuntas dengan konsep hulu
ke hilir.

Dalam melaksanakan konsep ini, tantangan pemerintah hanya harus mampu
menjelaskan kepada semua komponen dan stakeholder, sehingga memiliki kesamaan
visi dan misi serta yang paling penting adalah kerelaan untuk melepas atribut
dan berbicara demi Bali.

“Demi segera menolong krama Bali yang ada dalam situasi ekonomi yang tidak
menentu,” tuturnya dalam siaran pers Sabtu 12 Juni 2021.

Menurutnya, wajib segera di akomodir. Secara ketokohan, saat ini yang mampu
hanya Gubernur Bali, yang memiliki prinsip tegas, konsep jelas dan sangat
paham data.

Koster dibutuhkan untuk mengumpulkan kekuatan yang tercerai berai yang terdiri
atas ahli ahli ekonomi, praktisi, pemilik industri, pemilik perusahan
ekspor-impor, pemilik perusahaan pertanian, dan berbagai stakeholder terkait.
Ini kekuatan besar yang harus segera digerakkan,” imbuhnya.

Di tataran akar rumput, kehadiran desa adat dan desa dinas dalam mendorong
percepatan usaha usaha milik desa adat seperti toko ritel dan usaha lain juga
perlu didorong.

Kata Abdi, toko ritel, salah satu bagian dari mata rantai supply yang penting
dalam industri konsumsi rumah tangga atau fast moving consumer goods.

Perekonomian Nasional dalam kondisi normal saja, di topang oleh lebih dari 50%
oleh konsumsi rumah tangga. Apalagi dalam kondisi saat ini, dimana sektor lain
tidak bisa beroperasi penuh.

“Bali sendiri, dalam kondisi yang lebih parah karena macetnya industri
pariwisata, bisa mengambil alternatif untuk mendorong sektor konsumsi rumah
tangga,” ujarnya.

Implementasinya adalah mendorong desa – desa adat membangun toko ritel yang
nantinya selain akan menjadi alternatif bagi masyarakat untuk mendapatkan
barang kebutuhan dengan harga yang lebih baik.

Juga, menghidupkan berbagai sektor ikutan yang bergerak di pertanian dalam
arti luas, industri bahan baku atau raw material barang jadi, atau barang
setengah jadi.

Pihaknya pada tahun 2018, jauh sebelum pandemi pernah mempresentasikan di
hadapan Gubernur Bali, terdapat valuasi sebesar Rp. 22 Triliun di sektor
konsumsi rumah tangga di Bali saja.

“Jika sektor ini terkelola dengan baik,” tutupnya. (rhm)

Berita Lainnya

Terkini