Kabarnusa.com – Podium Bali Bebas Bicara Apa Saja (PB3AS)
telah dimanfaatkan masyarakat untuk menyampaikan aspirasi baik yang
mendukung atau menolak isu reklamasi Teluk Benoa.
Hal
itu membuat Gubernur Bali Made Mangku Pastika merasa lega. Apalagi, tak
hanya masyarakat biasa, dua wakil rakyat di pusat yakni anggota DPR RI
Nyoman Dhamantra dan DPD RI I Gusti Ngurah Arya Wedakarma turut bersuara
di (PB3AS), Minggu 2 27 Maret 2016.
Pastika merasa bangga, karena wadah penyaluran aspirasi yang digagasnya mendapat perhatian dua Senator RI asal Bali tersebut.
“Ini menandakan, podium yang saya gagas makin berbobot,” ucap Pastika.
Dia berharap, akan lebih banyak lagi wakil Bali di Senayan bisa bicara di PB3AS, agar didengar masyarakat luas.
Gagasan melaksanakan PB3AS, terinspirasi kegiatan serupa di London.
Sebagai
media penyaluran berbagai aspirasi, ajang itu, melalui kegiatan ini
Pastika ingin mendorong orang Bali agar lebih berani bicara.
Kata dia, di podium ini, setiap orang boleh bicara mengenai apa saja tanpa dibatasi waktu, tentunya dengan santun dan beretika.
Dhamantra
menyampaikan, kehadirannya bertujuan menyuarakan penolakan terhadap
rencana Revitalisasi Teluk Benoa yang diatur dalam Perpres Nomor 51
Tahun 2014.
“Kami berharap Bapak Gubernur ikut bersama-sama memohon kepada Presiden agar Perpres Nomor 51 Tahun 2014 dicabut,” pintanya.
Menurutnya, faktor niskala menjadi alasan utama gerakan penolakan revitalisasi Kawasan Teluk Benoa.
Pendapat
senada juga disampaikan Anggota DPD RI I Gusti Ngurah Arya Wedakarna.
Dengan lantang, dia berujar, sampai kapanpun, akan berada di barisan
terdepan dalam gerakan tolak reklamasi.
Meski demikian, dia tetap menghormati aspirasi mereka yang mendukung rencana tersebut.
Kelompok
pendukung, juga menyampaikan pandangannya seperti Ketua Yayasan Bali
Bumi Bagus, Komang Gede Subudi, bahwa Bali membutuhkan lapangan
pekerjaan baru untuk menampung lulusan sarjana yang terus bertambah
setiap tahunnya.
Dia mengingatkan, agar pihak yang pro dan kontra tak mengatasnamakan adat dan agama dalam gerakan mereka.
Wayan Ranten dan Lanang Sudira juga menegaskan hal sama.
Dalam orasinya, Ranten meluruskan, revitalisasi bertujuan mengembalikan kawasan Teluk Benoa.
Dia yang lahir di Teluk Benoa tahu betul kondisi kawasan tersebut yang saat ini sangat memprihatinkan.
“Saat
air surut, kita dapat melihat bagaimana kotornya kawasan itu. Banyak
sampah, bangkai binatang hingga pembalut wanita. Apa itu yang disebut
suci,” imbuhnya. (kto)