Gubernur Wayan Koster Minta Festival Seni Bali Jani Diisi Pameran Buku Internasional

FSBJ dilaksanakan dalam rangka pemajuan seni modern, kontemporer dan karya-karya bersifat inovatif dengan mengusung tema “Candika Jiwa Puitika Atma Kerthi” yang bermakna semesta kreativitas terkini dalam mencandikan jiwa spirit, taksu atau ide-ide cemerlang

8 November 2020, 09:02 WIB

Denpasar – Gubernur Bali Wayan Koster meminta agar pelaksanaan Festival Seni Bali Jani yang ketiga di tahun 2021 mendatang diisi pameran buku bertaraf internasional.

Ketua DPD PDI Perjuangan Provinsi Bali ini menambahkan, salah satu ciri peradaban bangsa yang maju adalah banyaknya penulis buku yang berkualitas yang lahir di daerah tertentu. 

“Saya minta Festival Seni Bali Jani yang ketiga di tahun 2021 mendatang diisi dengan pameran buku bertaraf internasional,” tegasnya saat penutupan FSBJ, Sabtu (7/11/2020) .

FSBJ dilaksanakan dalam rangka pemajuan seni modern, kontemporer dan karya-karya bersifat inovatif dengan mengusung tema “Candika Jiwa Puitika Atma Kerthi” yang bermakna semesta kreativitas terkini dalam mencandikan jiwa spirit, taksu atau ide-ide cemerlang dalam platform konsep eksplorasi, eksperimentasi, lintas batas, kontekstual dan kolaborasi.

Delapan (8) hari pelaksanaan Festival Seni Bali Jani II sebagai momentum penting lahirnya seni vitual secara masif dengan dukungan 295 peserta dari delapan jenis lomba, terlibat 1000 seniman dalam 45 komunitas pagelaran dan
menyertakan 45 perupa dan 1 komunitas mural di dalam pameran.

Festival Seni Bali Jani digagas Putri Suastini Koster tahun lalu merupakan wadah bagi seniman modern untuk menuangkan apresiasi dan inovasinya yang kreatif dalam berkarya untuk memajukan kesenian, sekaligus melestarikan budaya
Bali. 

Untuk mensinergikan dan mengkolaborasikan antara seni tradisi dan seni modern yang masing-masing di wadahi ke dalam Pesta Kesenian Bali (PKB) dan Festival Seni Bali Jani (FSBJ), 

Gubernur Bali memperkuat keberadaannya ke dalam payung hukum yang tertuang ke dalam Perda Provinsi Bali Nomor 4 Tahun 2020 tentang Penguatan dan Pemajuan Kebudayaan Bali.

Hal ini merupakan langkah konkrit Gubernur Wayan Koster dalam melindungi karya masyarakat Bali karena budaya adalah keunggulan Bali, mengingat Bali dengan jumlah penduduknya yang hampir 5 juta jiwa tidak memiliki kekayaan alam seperti batu bara, minyak bumi, emas, pertambangan dan lainnya.

Festival Seni Bali Jani adalah ruang dan wadah yang disiapkan bagi pencinta seni Bali sebagai upaya bersama dalam memperkuat dan memajukan budaya yang ada di Provinsi Bali. 

Baik seni tradisi dan juga seni modern sama-sama memiliki gengsi yang berkualitas dalam kesempatan untuk turut berpartisipasi dalam peradaban dunia, apalagi Bali dikenal ke kancah internasional karena budayanya yang kuat dan
adi luhung sehingga akan terus berkembang berkelanjutan dan menjadi keunggulan Bali di tingkat nasional maupun internasional.

Di tengah globalisasi yang semakin kuat budaya sebagai keunggulan Bali diharapkan tidak akan pernah habis dan seluruh komponen yang menggeluti seni semakin menunjukkan kualitas karyanya, terutama generasi muda mau bangkit dan bergeliat membangun ekosistem dalam berkesenian, baik dalam jenis tradisional ataupun modern.

Jangan pernah bosan dalam membangun seni dan budaya di Provinsi Bali sehingga mampu membangun eksistensi dan daya saing yang menjadi sumber kehidupan di masa yang akan datang.

“Dengan lahir dan munculnya karya inovatif dan kreatif, maka diyakini juga akan muncul individu-individu yang memiliki gagasan kaya dengan ide-ide baru,” tutur Gubernur Wayan Koster.

Melalui Festival Seni Bali Jani maka jejak sejarah Bali sebagai pusat peradaban dunia yakni Padma Bhuawana akan kembali mengukuhkan kesenian budaya Bali melalui karya inovasi dan kreativitas generasi muda, seniman, kurator
dapat terwujud.

Melalui dialog dan forum diskusi diharapkan mampu menumbuhkan semakin baiknya komunikasi seni di tengah masyarakat yang heterogen, sekaligus menjadikan sejumlah pihak terkait dapat menjadi semakin terbuka dan akomodatif dalam berkoordinasi dengan seniman. 

“Gunakan panggung ini dengan maksimal untuk mengkolaborasikan kesenian secara kolektif dan berkelompok sehingga mutu dan kualitas yang tampil juga mampu berdaya saing di tingkat yang lebih tinggi,” tutupnya. (rhm)

Artikel Lainnya

Terkini