Gunungan Apem dan Ulu Wetu Jadi Rebutan Warga Yogya, Ini Tradisi Unik Sambut Ramadan

Parade gunungan yang dihiasi hasil bumi dan kue apem menjadi simbol keguyuban warga Tompeyan yang sebagian besar bertani di lahan terbatas perkotaan.

7 Februari 2025, 10:15 WIB

Yogyakarta– Menjelang bulan suci Ramadan 2025, ratusan warga Kampung Tompeyan, Tegalrejo, Yogyakarta menggelar tradisi Grebeg Nyadran dan Merti Kampung. Acara ini melibatkan tiga RW dan sembilan RT, dengan parade budaya yang dimulai dari Kantor Kelurahan Tegalrejo menuju GOR Tompeyan.

Ketua Panitia Grebeg Nyadran Kampung Tompeyan, Eka Yulianta,menjelaskan kegiatan ini merupakan tradisi tahunan sebagai wujud ekspresi kesenian warga. Parade gunungan yang dihiasi hasil bumi dan kue apem menjadi simbol keguyuban warga Tompeyan yang sebagian besar bertani di lahan terbatas perkotaan.

Gunungan apem dan ulu wetu memiliki makna filosofis yang mendalam. Apem, yang sering digunakan dalam upacara Nyadran, berasal dari kata afuwwun yang berarti pengampunan.

“Sementara itu, gunungan ulu wetu melambangkan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rezeki dan kedamaian hidup,” ungkap Eka Yulianta Kamis 6 Februari 2025.

Eka berharap, melalui upacara Nyadran ini, warga dapat menyucikan diri sebelum menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadan.

Penjabat Walikota Yogyakarta, Sugeng Purwanto, menyampaikan Nyadran adalah tradisi leluhur yang mengandung rasa syukur kepada Tuhan. Tradisi ini menjadi upaya pelestarian budaya Jawa dan memiliki daya tarik wisata yang unik bagi Yogyakarta.

Sugeng berharap tradisi ini terus dilestarikan sebagai pengingat asal-usul dan penghormatan kepada leluhur.

Gunungan apem, adalah simbol permohonan ampunan dan rezeki yang berkah,” tutur Sugeng.

Acara ini tidak hanya diisi dengan parade, tetapi juga lomba gunungan apem dan sayur, yang kemudian dibagikan kepada warga. Berbagai pentas seni dan kreativitas di GOR Tompeyan menjadi penutup acara yang meriah ini. ***

Berita Lainnya

Terkini