“Pengutamaan nilai kemanusiaan inilah yang menjadi batas kanan jurnalisme dalam penulisan biografi,” katanya menegaskan.
Dalam teknik penulisan biografi, kata Ana Nadya Abrar, diperlukan teknik pengumpulan fakta yang canggih. Teknik mengumpulkan fakta seperti ini dalam jurnalisme biasa disebut dengan investigasi. Lalu fakta yang diperlukan dengan menggunakan investigasi disebut jurnalisme investigasi.
“Praktik jurnalisme investigasi ini semakin perlu mengingat tokoh yang dikisahkan memiliki ego yang besar. Ego yang inilah hendaknya dipahami sebagai perasaan, pikiran dan kesadaran, dia berbeda dengan yang lain,” jelasnya.
Prof Sukanto, Sang Rektor UGM yang Humoris Itu Berpulang
Tujuan akhir sebuah biografi dari sisi jurnalisme adalah menyampaikan wacana yang terkandung dalam diri tokoh yang dikisahkan.
Wacana yang lahir dari biografi ini menjadi penting disamping narasi yang berkualitas.
“Dari sekian banyak wacana yang ditampilkan biografi, tentu ada wacana utama yang harus ditangkap oleh khalayak,” imbuhnya. ***