Guru Besar UNJ Soroti Tantangan Mahasiswa dan Desak Rekonstruksi Gerakan Kebangsaan

15 November 2025, 15:23 WIB

Bogor – Guru Besar Damai dan Resolusi Konflik Universitas Negeri Jakarta (UNJ), Prof. Abdul Haris Fatgehipon, menilai bahwa rekonstruksi gerakan kebangsaan harus kembali menempatkan pemuda sebagai aktor utama. Hal tersebut ia sampaikan dalam paparan “Rekonstruksi Gerakan Kebangsaan” dihadapan peserta Musyawarah Kerja (Muker) Aliansi BEM se Bogor Raya di Bogor, Sabtu (15/11/2025).

Menurut Haris, peran historis pemuda dalam perjalanan bangsa tidak dapat dipisahkan dari dinamika politik Indonesia. Mulai dari perjuangan kemerdekaan, revolusi, hingga perubahan politik pada era Soekarno dan Soeharto, seluruhnya digerakkan oleh militansi generasi muda.

“Pemuda dan mahasiswa selalu menjadi penggerak perubahan. Tetapi hari ini, seakan hanya jadi penonton, bahkan dianggap beban pembangunan,” ujar Haris.

Haris menyoroti tingginya konflik di organisasi kepemudaan dan mahasiswa yang dinilai tidak lagi mengedepankan musyawarah. Di sisi lain, regenerasi politik dinilai belum berjalan ideal karena lebih membuka ruang bagi mereka yang memiliki garis keturunan politik ketimbang garis ideologi.

“Ini melemahkan kapasitas pemuda dan mahasiswa sebagai agen perubahan. Padahal, tantangan bangsa yang dihadapi sekarang semakin kompleks,” katanya.

Haris dalam paparannya memaparkan sejumlah persoalan nasional yang menurutnya membutuhkan keterlibatan aktif pemuda.

“Penurunan daya beli, kemiskinan, dan tingginya pengangguran hingga pemberantasan korupsi, judi online, dan narkoba dan dominasi ekonomi oleh oligarki, ini harus jadi PR besar dalam agenda gerakan mahasiswa hari ini”, terangnya.

Ia pun menjelaskan juga masalah peliknya kebangsaan lainnya yang harus jadi perhatian gerakan kemahasiswaan.

“Saya prihatin mengenai kesenjangan pendidikan, kriminalitas meningkat, dan melemahnya solidaritas sosial, hingga kekerasan kelompok separatis di Papua yang menimbulkan korban sipil dan aparat”, tegasnya.

Menurutnya, persoalan-persoalan ini tidak bisa dibiarkan, perlu keterlibatan aktif pemuda dan mahasiswa.

“Pemuda dan mahasiswa harus hadir dan mengambil peran strategis untuk mendorong perubahan,” tegas Haris.

Haris juga menekankan bahwa kebangkitan gerakan kebangsaan memerlukan energi, keberanian, dan idealisme generasi muda.

“Pemuda-mahasiswa Indonesia harus berdiri di garda terdepan sebagai pelopor pembangunan dan penjaga kedaulatan bangsa. Tanpa pemuda, rekonstruksi gerakan kebangsaan tidak akan berjalan,” pungkasnya.***

Berita Lainnya

Terkini