Kabarnusa.com –
Masalah urbanisasi menjadi tantangan serius dihadapi Indonesia di masa
mendatang karenanya perlu disiapkan agenda baru perkotaan dalam
mengantisiasi dampak buruk yang ditimbulkannya.
Saat ini lebih
54% penduduk tinggal di perkotaan. Sejak 2008, Indonesia sudah
melampauinya. Namun uniknya 60% berada di pulau Jawa.
Hal itu
disampaikan Staf Ahli Bidang Sosial Budaya dan Peran Masyarakat
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Lana Winayanti saat
membuka kegiatan Stakeholders Discussion di Jimbar Ballroom, Swiss Bel
Watu Jimbar, Sanur, Bali (10/05/16)
“Urbanisasi adalah sebuah keniscayaan, jika tidak dikelola dengan baik akan timbul banyak masalah,” sambung Winayati,
Masalah baru itu seperti masyarakat tidak menghuni rumah yang layak, tidak memperoleh akses pelayanan dasar yang layak.
Demikian
juga, permukiman kumuh makin banyak, kualitas lingkungan menurun,
kemacetan lalu lintas makin parah, kualitas udara makin buruk”, kata
Lana.
Karenanya merupakan kesempatan penting setelah Indonesia
dipercaya untuk menjalankan peran strategis mendorong tercapainya
kesepakatan Agenda Baru Perkotaan (New Urban Agenda – NUA) yang akan
ditetapkan dalam Sidang Habitat III.
NUA bertujuan memperbarui komitmen negara-negara dunia untuk perumahan dan pembangunan perkotaan berkelanjutan.
“NUA
menjadi momentum bagi Indonesia untuk memiliki Kebijakan Perkotaan
Nasional yang selama ini belum bisa diselesaikan,” kata Wicaksono
Sarosa, Ketua Dewan Executif Kemitraan Habitat dalam siaran persnya.
Diketahui,
Habitat III merupakan agenda Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) tentang
permukiman dan pembangunan perkotaan berkelanjutan, dengan tujuan untuk
memastikan komitmen bersama menuju pembangunan perkotaan yang
berkelanjutan.
Sidang ini akan diadakan di Quito, Ecuador pada 17-20 Oktober 2016.
Menuju Habitat III, serangkaian acara persiapan dilakukan untuk merumuskan isu-isu perkotaan di belahan dunia.
Majelis
Umum PBB, dalam Resolusi 67/216 memutuskan untuk membentuk Komite
Persiapan (PrepCom) yang terbuka bagi semua negara anggota PBB.
PrepCom1 diselenggarakan di New York, Amerika (17-18 September 2014) dan PrepCom2 di Nairobi, Kenya (14-16 April 2015).
Tahun ini, PrepCom3 di Surabaya, Indonesia (25-27 Juli 2016) yang akan dihadiri 193 negara.
PrepCom3
ini merupakan pertemuan persiapan terakhir dan terpenting menuju
Habitat III. Pertemuan tersebut akan menggali masukan dan perspektif
akhir dari berbagai negara dan stakeholder lainnya. Isu-isu kunci
urbanisasi di kawasan ini yang harus ditangani dan menjadi masukan dalam
NUA.
Diskusi ini mengusung tema “Kebijakan Perkotaan Nasional
(National Urban Policy)” untuk pembangunan perkotaan yang lebih baik.
Berbagai narasumber mewakili stakeholder terkait yang hadir antara lain
Wakil Bupati Badung I Ketut Suiasa, Guru Besar Arsitektur Universitas
Udayana Putu Rumawan Salain mewakili akademisi.
Juga Kemitraan
Habitat Wicaksono Sarosa mewakili organisasi dengan moderator Ngakan
Ketut Acwin Dwijendra (Dosen Arsitektur Universitas Udayana).
Sosialisasi
dan Diskusi Stakeholder ini telah diselenggarakan di Kota Semarang
(18/04/16) dan akan berlanjut di kota lain yaitu Solo, Makassar,
Palembang, Yogyakarta, Jakarta dan Bandung.
Adapun topik
terkait dalam tema Agenda Baru Pembangunan Perkotaan: Kohesi Sosial,
Kesetaraan dan Kota yang Inklusif, Urban Framework, Pembangunan Spasial,
Ekonomi Perkotaan, Ekologi dan Lingkungan Perkotaan, serta Perumahan
dan Pelayanan Dasar Perkotaan. (rhm)