Harga Properti Bali ‘Tancap Gas’ di Kuartal III 2025: Dorongan Bahan Bangunan dan Dominasi Rumah Besar!

Pasar properti residensial di Pulau Dewata kian menggeliat sebagaImana ditunjukkan tren kenaikan harga properti pada kwartal III tahun 2025.

23 November 2025, 04:32 WIB

Denpasar -Tren kenaikan harga properti di Bali menunjukkan akselerasi yang signifikan hingga kuartal III tahun 2025, menandakan pasar properti residensial di Pulau Dewata kian memanas.

​Menurut Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Bali, Erwin Soeriadimadja, hasil Survei Harga Properti Residensial (SHPR) BI mencatat Indeks Harga Properti Residensial (IHPR) Bali melonjak 1,08% (yoy) pada Triwulan III 2025.

Lanjut Erwin, Angka ini jauh lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang hanya 0,67% (yoy).

​Tiga Tipe Properti Kompak Mendorong Kenaikan

​Kenaikan harga ini bersifat merata, didorong oleh pertumbuhan harga di seluruh tipe properti:

​Tipe Kecil (≤36 \text{m}^2): Melesat tertinggi dengan kenaikan 1,66% (yoy).

​Tipe Menengah (36 \text{m}^2 – 70 \text{m}^2): Tumbuh stabil sebesar 1,12% (yoy).

​Tipe Besar (> 70 \text{m}^2): Naik sebesar 0,82% (yoy).

​Faktor Produksi Jadi Biang Keladi Utama

​Penyebab utama lonjakan IHPR Triwulan III 2025 adalah kenaikan harga bangunan yang dipicu oleh meningkatnya harga faktor produksi.

“Mayoritas pengembang sepakat bahwa kenaikan harga bahan bangunan dan upah kerja merupakan kontributor dominan dalam mendongkrak harga jual unit rumah,” ungkapnya dalam keterangan tertulis 23 November 2025.

​Rumah Besar Jadi Primadona Investasi

​Di sisi lain, pasar mencatat pergeseran menarik pada komposisi penjualan. Pangsa penjualan tipe rumah besar meningkat 0,7% dibandingkan triwulan sebelumnya.

Hal ini sejalan dengan temuan bahwa tingginya permintaan untuk rumah berukuran besar didorong oleh tujuan investasi dan hunian tempat tinggal yang masif.

​Sebaliknya, rumah berukuran sedang mengalami penurunan pangsa penjualan sebesar 0,7%, sementara rumah kecil tidak mengalami perubahan pangsa.

​Tantangan di Balik Kenaikan Harga

​Meski harga terus melambung, pasar properti primer di Bali juga menghadapi sejumlah penghambat penjualan, seperti:

​Tingginya suku bunga KPR, keterbatasan lahan yang semakin genting, Besaran uang muka rumah, kenaikan harga bahan bangunan itu sendiri.

​Dari sisi pembiayaan, skema Kredit Pemilikan Rumah (KPR) tetap menjadi pilihan utama konsumen Bali, dengan pangsa sebesar 62,1% dari total penjualan rumah primer. Skema pembayaran cash bertahap dan cash keras masing-masing tercatat sebesar 34,5% dan 3,4%.

​Sementara itu, developer masih mengandalkan dana sendiri (55%) sebagai sumber pembiayaan pembangunan, diikuti oleh pinjaman bank (36,6%). Hal ini menunjukkan kesehatan modal pengembang dalam menjalankan proyek, meskipun ada ketergantungan signifikan pada sumber daya internal. ***

Berita Lainnya

Terkini