Hari Infanteri, Prajurit TNI AD di Bali Jalan Kaki Tiga Hari

Danpussenif menyampaikan Tumbuh dan berkembangnya infanteri sebagai korps terbesar di angkatan darat tidak pernah terlepas dari sejarah perjuangan bangsa dan negara kesatuan republik indonesia.

20 Desember 2016, 07:34 WIB

DENPASAR – Selama tiga hari prajurit infanteri TNI Angkatan Darat (AD) Peleton Beranting Yudha Wastu Pramuka Jaya berjalan kaki selama tiga hari yang berakhir di finish di Taman Makam Pahlawan Desa Marga Tabanan Bali.

Sebelum finish Peleton Yudha Wastu Pramuka Jaya etafe terakhir didampingi Kasdam IX/Udayana Brigjen TNI Stephanus Trimulyono beserta seluruh Perwira Infanteri Kodam IX/Udayana, Senin (19/12/16) di Desa Marga Tabanan.

Kegiatan dilaksanakan seluruh prajurit Infanteri dengan penuh bersemangat dipenuhi yel yel selama diperjalanan tanpa henti sampai di finish. Setibanya di Taman Makam Pahlawan Desa Marga seluruh mereka melaksanakan persiapan Upacara Peringatan HUT Ke-68 Infanteri sebagai Irup Kasdam IX/Udayana.

Kasdam IX/Udayana membacakan amanat tertulisnya Danpussenif Mayjen TNI Surawahadi, Danpussenif menyampaikan bahwa Tumbuh dan berkembangnya infanteri sebagai korps terbesar di angkatan darat tidak pernah terlepas dari sejarah perjuangan bangsa dan negara kesatuan republik indonesia.

Salah satu catatan peristiwa penting yang menjadi tonggak sejarah Infanteri adalah peristiwa saat menghadapi agresi Militer Belanda II tanggal 19 Desember 1948.

Dimana pada saat itu, Panglima Besar Jenderal Sudirman mengeluarkan perintah kilat no. 1/PB/D/1948 yang ditujukan kepada Angkatan Perang RI untuk menjalankan rencana yang telah ditetapkan sebelumnya yaitu perintah siasat NO. 1/1948 tanggal 12 Juni 1948.

Tujuannya melawan musuh dengan melaksanakan perang rakyat semesta dimana pasukan-pasukan yang hijrah melaksanakan aksi wingate (infiltrasi) dengan cara long march kembali ke wilayah masing-masing dan membentuk wehrkreise (kantong-kantong kekuatan) sebagai titik-titik kuat pertempuran gerilya.

Bentuk dan siasat pertempuran yang digunakan tersebut merupakan taktik dan strategi Prajurit Infanteri untuk melanjutkan perjuangan dalam rangka mempertahankan kemerdekaan.

Dari peristiwa tanggal 19 Desember 1948 tersebut kita mendapatkan nilai-nilai ketokohan, patriotisme, kepemimpinan dari seorang Panglima Besar Jenderal Sudirman, nilai kejuangan, profesionalisme keprajuritan dan sifat pantang menyerah serta nilai kemanunggalan TNI dengan rakyat yang harus selalu terpatri dalam jiwa, sikap dan tindakan setiap Prajurit Infanteri.

Guna mengabadikan nilai-nilai tersebut, maka TNI AD menetapkan hari tersebut sebagai “Hari Infanteri”. Danpussenif dalam amanat tertulisnya menyampaikan, jika melihat sejarah ditetapkannya hari Infanteri tersebut, maka peran, tugas dan fungsi TNI AD khususnya Prajurit Infanteri tidak dapat dipisahkan dengan lingkungan masyarakat sekitarnya.

Kebersamaan dengan rakyat menjadi bagian penting dan strategis dalam mendukung pencapaian tugas pokok TNI AD. Berkaitan dengan hal tersebut, maka pada peringatan hari Infanteri tahun 2016 ini mengambil tema, “Dengan Semangat Yuddha Wastu  Pramukha, Prajurit Infanteri Bersama Rakyat Kuat, Hebat Dan Profesional Guna Meningkatkan Kemanunggalan TNI Rakyat Dalam Rangka Mendukung Tugas Pokok TNI AD”. (gek)

Artikel Lainnya

Terkini