Hotel Bertambah Ancam Destinasi Pariwisata Bali

25 Desember 2013, 23:21 WIB
(dok.Kabarnusa)

Kabarnusa.com, Denpasar – Jika pembangunan akomodasi wisata seperti vila dan hotel tidak dikendalikan dikhawatirkan Bali bakal berkembang menjadi pariwisata masif bukan destinasi yang berkualitas.   

Ketua Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI) Bali I Gusti Ngurah Wijaya mengungkapan hal itu, seputar proyeksi pariwisata Bali 2014.

Saat ini,  pembangunan akomodasi besar-besaran untuk industri pariwisata terjadi di wilayah Bali Selatan, sudah pada tahap mengkhawatirkan karena mengabaikan daya dukung..

Akibat pesatnya penambahan jumlah kamar, mulai terlihat penurunan tingkat hunian hotel karena jumlah tamu tidak mengalami peningkatan signifikan.

“Yang saya amati, terjadi stagnasi, tingkat okupansi naik, namun tidak signifikan,” tukasnya dihubungi, Rabu (25/12/2013).

Bahkan, tahun ini Bali juga telah kehilangan banyak penghargaan dunia, dalam bidang pariwisata dibanding tahun-tahun sebelumnya.

Karenanya, dia mengkhawatirkan, tahun 2014, ada penurunan destinasi Bali yang dikenal pariwisata yang mengandalkan budaya masyarakatnya, bergeser menjadi pariwisata massif atau mass tourism.

Pembangunan infrastruktur akomdasi wisata, sudah terlalu banyak, belum lagi ditambah dengan pemukiman yang terus berkembang,. samakin menggerus potensi wisata masyarakat dan alam di Pulau Dewata.

“Yang dikhawatirkan, ke depan, pariwisata budaya Bali berubah ke pariwisata yang mengandalkan jumlah wisatawan, bukan pada kualitasnya,” imbuh pemilik Segara Village Sanur itu.

Dia berharap, secepatnya ada langkah tegas agar pertumbuhan sarana akomodasi wisata dikendalikan.

Bukan saja, akan melahirkan persaingan tidak sehat di industri pariwisata, pesatnya pembangunan hotel juga semakin merusak pemandangan dan menggerus keberadaan jalur-jalur hijau yang telah ditetapkan pemerintah.

Pemerintah diminta bersikap tegas dalam menegakkan aturan seperti menyangkut Perda RUTR maupun jalur hijau, jangan sampai dikurbankan atas nama pembangunan pariwisata atau kepentingan perumahan.

“Jangan lagi, hanya karena investor yang gagal berinvetasi di Jakarta atau Surabaya lalu memindahkan investasinya di Bali, namun tidak memperhatikan daya dukung dan destinasi parwisata Bali yang sesungguhnya,” tutupnya. (rma)

Berita Lainnya

Terkini