Denpasar – Pada peringatan Hari Tanpa Tembakau Se-Dunia HTTS Mahasiswa Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Udayana diingatkan masih tingginya konsumsi rokok pada kelompok masyarakat miskin bahkan mengalahkan konsumsi telur.
Koordinator Program Studi Sarjana Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Dr I Putu Ayu Swandewi Astuti menyatakan hal itu di sela peringatan HTTS yang digelar Himpunan Mahasiswa Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Udayana di Kampus Unud, Denpasar Minggu 4 Juni 2023.
Ayu Swandewi Astuti mengungkapkan, pada peringatan HTTS tahun ini, pihaknnya ingin mengingatkan kembali masih tingginya konsumsi rokok di masyarakat, sehingga perlu upaya terus menerus untuk pengendalian rokok.
Saat pandemi Covid-19 lalu, diakuinya upaya penegakan hukum Perda Kawasan Tanpa Rokok KTR dan imlementasinya menjadi berkurang.
Dalam aturan KTR jelas diatur tentang kawasan terlarang merokok atau KTR salah satunya kawsan pendidkan atau kampus.
“Kami di kampus terus berupaya mengiplementasikan Perda KTR itu, sempat berjalan bagus tetapi kemudian berkurang, harapannya sekarang kita kuatkan kembali untuk mengingatkan civitas akademi kampus,” imbuhnya.
Sesuai tema pada HTTS tahun ini, We Need Food not Tobacco’ maka fokusnya sekarang bagaimana mengurangi konsumei tembakau, lebih pada upaya pememnuhan nutsisi, perbaikan kesehatan masyarakat
Tentunya, upaya ini bisa menjadi bahan edukasi yang baik bagi masyarakat umumnya.
Pasalnya, sebagaimana diketahui, konsumsi rokok tinggi, pada satu keluarga terutama pada keluarga miskin.
Bahkan sampai tidak bisa membeli bahan-bahan protein gizi lainnya sehingga harapnya dengan mengurangi konsumsi rokok, bisa memenuhi kebutuhan makanan gizi dan protein lainnya.
“Terutama masyarakat miskin pengeluaran nomor dua setelah beras adalah rokok, mengalahkan pengeluaran telur pada nomor 4,” imbuhnya.
Jika pengeluaran rokok bisa dikurangi atau disimpan untuk memenuhi kebutuhan gizi atau protein maka akan meningkatkan kesehatan masyarakat.
Ditambahkan, upaya pengendalian tembakau tidak hanya penegakan tidak hanya KTR, melainkan juga pelarangan iklan, berhenti merokok hingga pemenunuhan nutrisi.
“Tetap menjadi PR bagi kita sediri, baik di Bali maupun Indonesia,” imbuh Ayu Swandewi yang juga Ketua Center for NCDs, Tobacco Control & Lung Heath (Udayana CENTRAL) Universitas Udayana. ***