![]() |
ilustrasi bayi |
JEMBRANA – Pasangan suami istri Putu Sugiartana (32) dan Komang Widari (30) hanya berlinang air mata lama menantikan bayi justru kelahiran sang buah hati kondisinya mengenaskan dengan ususnya terburai. Harapan, memiliki bayi mungil yang lahir dengan normal pupus sudah. Pasutri ini hanya bisa pasrah atas cobaan hidup cukup berat itu.
Pasutri yang sehari-harinya sebagai buruh tani ini hanya bisa pasrah mendapati anak laki-lakinya terlahir dengan kondisi perut terbuka dan ususnya terurai keluar. Beruntung, istrinya melahirkan kondisinya sehat, meskipun sedikit harus mendapat perawatan dari bidan.
warga di Banjar Pancardawa, Kelurahan Pendem, Kecamatan Jembrana tak bisa berkata apa-apa kecuali pasrah. Demikian halnya saat bayinya harus di rujuk ke RSUD Negara dan harus dirujuk kembali ke RSUP Sanglah untuk menjalani perawatan lanjutan dan dilakukan oprasi. Sugiartana berserah kepada tuhan.
“Jangankan biaya oprasi yang begitu besar, untuk makan sehari-hari saja kami kesusahan,” ujarnya lirih sambil meminta wartawan tidak mengambil gambarnya Kamis 18 Desember 2014. Dia sangat menginginkan kesembuhan anak laki-lakinya.
“Saya ingin anak saya sembuh, tapi saya ragu, apakah mungkin itu karena saya tidak memiliki biaya,” terangnya. Baginya, Uang Rp 10 juta untuk operasi, sangat besar Walaupun bekerja keras selama lima tahun belum tentu uang sebanyak itu terkumpul.
Apalagi informasi pihak rumah sakit, semua jaminan kesehatan Dario pemerintah, baik JKBM yang dikeluarkan Pemkab Jembrana maupun JKN dari pemerintah pusat tidak menanggung pengobatan terhadap anaknnya yang mengalami kelainan bawaan.
Kini Sugiartana dan istrinya hanya bisa pasrah dan berdoa untuk kesembuhan anaknya. Diketahui, bayi laki-laki dengan berat 2,25 gram lahir di rumah praktik salah satu bidan di Kelurahan Pendem, Jembrana Rabu (17/12) sore dengan kondisi mengenaskan.
Perut bayi dari pasutri Putu Sugiartana (32) dan Komang Widari (30), warga Lingkungan Pancardawa, Kelurahan Pendem, Kecamatan Jembrana ini terbuka, sehingga ususnya terurai ke luar. Kadis Kesehatan Jembrana dr Putu Suasta lewat ponselnya mengatakan untuk perawatan bayi cacat bawaan ini, JKBM dan JKN tidak menanggung.
JKBM katanya hanya menanggung untuk pasien hydrochepalus, tidak punya anus dan tidak punya saluran kencing. “Bansos hanya penunggu dan sekarang juga sudah akhir tahun sehingga tidak bisa, kecuali tahun 2015,” jelas dia. (dar)