Indonesia Belajar Kelola Sampah Plastik untuk Jalan Aspal dari India

16 Juni 2017, 09:41 WIB
Deputi Bidang Kordinasi SDM, Iptek dan Budaya Maritim Kemenko Kemaritiman Safri Burhanuddin bersama Pakar sampah asal India Porf Vasudevan dalam kegiatan di kampus Unud Jimbaran

DENPASAR – Keberhasilan India dalam mengelola sampah plastik hingga memiliki nilai tambah dengan menggunakan sebagai bahan pembuatan aspal jalan mulai dilirik Indonesia sehingga nantinya diharapkan bisa diterapkan di Tanah Air.

Sebagai tindak lanjut, rencananya, Unud akan dijadikan pilot proyek pertama di Indonesia dalam pembuatan jalan aspal dengan memanfaatkan sampah plastik. Untuk sementara Semua teknologinya didatangkan dari India yang berhasil memanfaatkan sampah plastik untuk pembuatan jalan raya.

“Kita menjalin kerja sama dengan pakar dari India yang selama ini sukses memanfaatkan sampah plastik untuk pembuatan jalan aspal,” ujar Deputy Bidang Koordinasi SDM, Iptek & Budaya Maritim Kementerian Kemaritiman RI Dr.Ir. Safri Burhanuddin, dalam Workshop “Plastik Tar Road Sebagai Solusi Penanggulangan Sampah Plastik” di Kampus Unud Jimbaran, Kamis (15/6/2016).

Dalam workshop hadir pakar kimia Prof. Vasudevan dari India yang telah sukses memanfaatkan sampah plastik untuk jalan aspal. Dikatakan Safri, Indonesia memproduksi sampah plastik nomor dua terbesar di dunia.

Sementara India yang jumlah penduduknya jauh lebih banyak justru tidak masuk 10 besar penghasil sampah plastik. Ini karena India sejak tahun 2002 telah berhasil dengan baik memanfaatkan sampah plastik untuk pembangunan jalan aspal.

Dengan tingginya produksi sampah plastik tersebut, menurut Dr. Safri, Indonesia mesti berbuat sesuatu. Karena keberhasilan memanfaatkan sampah plastik untuk pembuatan jalan aspal bukan saja bisa menekan biaya pembuatan jalan juga dari sisi perawatan jalan nyaris tidak ada.

Menariknya, jalan di India yang memanfaatkan sampah plastik sejak dibuat tahun 2002 tak ada jalan yang bolong atau pun rusak. “Ini artinya tidak ada biaya perawatan,” ujarnya.

Sementara di Indonesia biaya perawatan jalan cukup besar. Dengan memanfaatkan sampah plastik untuk pembuatan jalan aspal maka bisa menekan biaya perawatan. “Jadi biaya perawatan bisa dipakai pembuatan jalan baru,” tambah Safri.

Sementata Prof. Vasudevan mengungkapkan, pemanfaatan sampah plastik, bisa menghemat biaya pembuatan jalan aspal hingga 10 persen. Dalam pembuatan jalan aspal, 10 persennya terdiri dari sampah plastik yang sudah diolah sedemikian rupa.

Untuk kegiatan ini tak memerlukan teknologi tinggi karena prosesnya cukup sederhana yakni sampah plastik dikumpulkan lalu dicacah kecil-kecil kemudian dicampur dengan bahan lain pembuatan jalan seperti batu dam aspal.

Pada bagian lain, Dr. Safri dalam pilot proyek yang akan dimulai Juli nanti akan dibangun jalan aspal sepanjang 1,2 km di jalan kampus di bawah supervisi pakar dari India. Nantinya jalan berbahan plastik ini akan dikembangkan ke daerah-daerah lain di Indonesia.

Sampah plastik di Bali cukup banyak. Bali setiap hari memproduksi sampah sekitar 10 ribu kubik dan 11 persennya adalah plastik. Untuk satu ton sampah plastik ini bisa untuk mencampur aspal 1 km. “Jadi plastik ini bisa menggantikan 10 persen aspal,” demikian Safri. (rhm)

Berita Lainnya

Terkini