Badung – Bali kembali menegaskan posisinya sebagai pusat seni global dengan digelarnya Indonesia International Art Connection (IIAC).
Acara ini bukan sekadar pameran, melainkan perhelatan seni internasional yang mempertemukan seniman dari berbagai negara seperti Indonesia, Jepang, Vietnam, dan Malawi dalam sebuah perayaan kolaborasi lintas budaya.
Pameran yang bertempat di Galeri ZEN1, Kuta, ini menjadi puncak dari perjalanan panjang kolaborasi artistik yang telah terjalin sejak tahun 2017.
Awalnya, inisiatif ini muncul dari kunjungan seniman Indonesia ke Vietnam dan negara Asia lainnya, yang kemudian menumbuhkan tradisi kunjungan balasan.
Anak Agung Anindita Awignamastu atau yang akrab disapa Namastu, selaku Manajer IIAC, menjelaskan. pameran ini hadir sebagai buah dari kolaborasi tersebut, dengan seniman-seniman seperti Alex Danny, Ismanto, dan Erica sebagai motor penggeraknya.
Menyuarakan Seni sebagai Jembatan Persahabatan
Dalam pameran perdana ini, total 60 lukisan dari 28 seniman dipamerkan. Menurut Nicolaus F. Kuswanto, Direktur Galeri ZEN1, acara kolaborasi berskala internasional semacam ini sudah sangat jarang digelar, padahal pernah tren pada periode 2013-2016.
“Saya kangen sekali event koleksi internasional seperti ini. Melalui event ini saya berharap bisa menjadi getok tular untuk menuju event yang lebih besar,” ujarnya.
Senada dengan itu, Namastu menekankan bahwa IIAC ingin menyatukan berbagai macam seni dari berbagai negara lain melalui pameran dan aktivitas lain seperti lokakarya, melukis langsung (live painting), dan tur seni (Art Trip).
“Kami ingin menggabungkan semua hal termasuk persahabatan,” tambahnya.
I Made Marlowe Makaradhwaja Bandem, sebagai Officiated acara, menyebut bahwa IIAC merupakan bukti nyata keterbukaan Bali terhadap pengaruh asing.
Memilih Kuta sebagai lokasi pameran bukan tanpa alasan. Kuta, di masa lalu, merupakan pusat interaksi kebudayaan, sebuah warisan yang ia harap dapat diteruskan melalui pameran ini.
“Kami berharap pameran yang kali pertama digelar ini bisa menjadi agenda rutin,” harapnya, agar Bali tidak hanya menjadi ruang inspirasi, tetapi juga pusat kebudayaan dunia.
Inspirasi dari Kehidupan Sehari-hari dan Budaya Lokal
Sebagian besar lukisan yang dipamerkan merupakan karya-karya terbaru yang mengangkat tema daily life atau kehidupan sehari-hari, yang menjadi inspirasi terkini bagi para seniman.
Salah satu seniman Indonesia, Erica Hestu Wahyuni, menyatakan kegembiraannya bisa mengeksplorasi budaya Bali yang menurutnya sangat spesial dan tidak ada habisnya. “Melalui karya yang mengangkat budaya Bali, saya ingin seniman dari luar negeri bisa tahu Bali dari sisi yang lain,” ungkap Erica.
Melalui pameran ini, para seniman juga ingin menyerukan pesan persahabatan dan perdamaian. Seperti yang ditegaskan oleh Erica, “Damai itu sangat membahagiakan.”
Hal ini sejalan dengan visi IIAC untuk menjadikan seni sebagai bahasa universal yang menyatukan keberagaman dan menginspirasi imajinasi kolektif.
Kuratorial dari Art & Culture Mate menegaskan bahwa acara ini adalah “perjumpaan yang lahir dari kesadaran,” di mana seni dan budaya dari berbagai penjuru dunia bersintesis untuk menciptakan narasi baru dan mengukuhkan posisi Indonesia dalam percakapan seni dunia. ***