Ini Alasan Sudirta Bela Pemilik Toko Plaza Amata di GWK

26 Juni 2015, 06:06 WIB
“Saya membela  karena melihat ada  kepentingan Bali, kepentingan
nasional, dan internasional di dalamnya. Ketidaknyamanan yang
ditimbulkan investor baru terhadap pemilik toko menimbulkan kegaduhan di
Bali,” tegas Sudirra

Kabarnusa.com –  Advokat senior Wayan Sudirta ”turun gunung” bahkan secara prodeo (gratis) membela ratusan pemilik toko Plaza Amata di kompleks GWK Cultural Park karena. Semua itu dilakukan semata melihat kepentingan pariwisata Bali ke depan.

Selain itu, dia tidak tahan melihat cukup banyak orang yang menjadi korban dalam konflik dengan manajemen obyek wisata yang menjadi ikon baru parwisita Bali Garuda Wisnu Kencana.

Pembelaan Sudirta dilakukan karena menyaksikan keluh kesah dan penderitaan pemilik toko, yang semula bersedia membeli toko guna membantu pembangunan patung GWK, yang sempat mau dibongkar masyarakat, karena berbagai konflik yang merebak di dalamnya.

Dalam pertemuan dengan pemilik toko Plaza Amata di Denpasar, Rabu (24/6) lalu, pengurus Perhimpunan Toko Plaza Amata memaparkan keluh kesahnya, terutama setelah masuknya investor baru PT Alam Sutera Realby Tbk (ASRT) ke PT Garuda Adi Matra Indonesia (PT GAIN).

Manajemen baru GWK dibawah PT GAIN tiba-tiba membangun tembok di sekeliling kompleks toko Plaza Amata, meninggikan jalan masuk ke pertokoan, serta mengeluarkan surat larangan menggunakan akses jalan untuk fit out.

Karena larangan dan pembangunan tembok tersebut, melalui PT Bhavana Indonesia selaku developer yang menjual pertokoan Plaza Amata, dilakukan somasi, mengingatkan dan mempersoalkan tembok yang dibangun PT GAIN di sekeliling pertokoan Plaza Amata.

Setelah mendengar keluhan mereka telah berkorban dan mau berinvestasi membeli toko ketika GWK sedang terpuruk dan melihat masuknya investor baru ini bisa mengancam pariwisata Bali, Sudira tidak tinggal diam.

Dia melihat konflik bakal mengancam pariwisata Bali yang berbasis agama Hindu dan budaya, nilai-nilai desa adat yang tidak bisa diabaikan,

Mantan anggota DPD RI itu memutuskan membela secara gratis. Membela untuk pemilik toko, itu kata dia terlalu kecil. 

“Saya membela  karena melihat ada  kepentingan Bali, kepentingan nasional, dan internasional di dalamnya. Ketidaknyamanan yang ditimbulkan investor baru terhadap pemilik toko menimbulkan kegaduhan di Bali,” tegas Sudirra dalam sebuah kesempatan.

Kata dia, Suasana gaduh ini tidak nyaman dan mengganggu pariwisata Bali maupun nasional, kalau konflik berlanjut.

“Ingin saya katakan, sembari membela pemilik toko secara gratis, dengan terpaksa harus saya katakan, bahwa kalau investor baru GWK tidak mampu menimbulkan kedamaian bagi pemilik toko, lebih baik kita undang investor lain yang berinvestasi,” tandasnya.

Dia menginginknan Investor yang bisa menghormati hukum, budaya dan nilai-nilai yang selama ini sudah dibangun dengan baik diantara para stakeholder dalam kawasan GWK.

Dia sempat bertemu dengan para pemilik toko, karena kenal dengan rohaniawan lurus seperti Sudiarta Indrajaya, yang juga pemilik toko di Plaza Amata.

Sudiarta dan Sinyo adalah sebagian dari pemilik toko yang dengan sabar menghadapi berbagai problem di internal GWK, dan tetap sabar walaupun sudah 13 tahun berinvestasi tetapi belum juga bisa mengoperasikan tokonya, karena patung GWK tak kunjung rampung.

“Kalau problemnya adalah krisis ekonomi paska bom Bali, itu kami maklum. Manajemen GWK sebelum masuknya Alam Sutera sangatlah kooperatif dan saling menghargai,” katanya.

Hanya saja, sekarang ini, Tidak ada problem seperti itu. Yang terjadi, setelah masuknya Alam Sutera, jalan ditinggikan, sekitar pertokoan ditembok tinggi, akses masuk dipersulit dan dilarang-larang. 

“Yang mengecewakan saya, Alam Sutera yang butuh saya, karena untuk masuk ke kompleks vila yang dibangunnya mesti melewati tanah saya yang ada di kawasan GWK, tega memperlakukan kami seperti ini,” jelas Hendra Dinata.

Beberapa pemilik toko yang hadir dalam penandatangan surat kuasa di Denpasar, mengapresiasi advokat senior yang kini sedang maju sebagai bakal calon bupati Karangasem itu.

Ketua Perhimpunan Pertokoan Plaza Amata dan Wakilnya, masing-masing ”Sinyo”Hendra Dinata dan Sudiarta Indrajaya menyampaikan ucapan terimakasih kepada Sudirta.

Ini satu hal yang luar biasa. Karena Pak Wayan Sudirta berkenan membela kami pemilik toko secara gratis. Kami dan kawan-kawan pemilik toko, tak semata-mata berpikir bisnis saja ketika memutuskan membeli toko di kawasan GWK.

“Kami ingin berkontribusi dalam pembangunan GWK, yang waktu itu dikembangkan sebagai ikon budaya, bukan semata-mata real estate terpadu  seperti nampaknya dan kecenderungannya sekarang ini,’ sambung  Putu Antara, Direktur PT Bhavana Indonesia. (rhm)

Berita Lainnya

Terkini