Ketum DPP Partai Hanura Wiranto (Foto:KabarNusa) |
KabarNusa.com, Denpasar – Belakangan Ketua Umum DPP Partai Hanura Wiranto rajin menyamar menjadi buruh pasar hingga kernet bus sebagaimana wajahnya menghiasai layar kaca. Itu semua dilakukan tak lain karena dia ingin merasakan penderitaan rakyat kecil.
Di hadapan ribuan pendukungnya, Wiranto membeber alasan kenapa dirinya rajin menyamar di lapangan.
“Kalian pasti pernah melihat Pak Wiranto menyamar jadi tukang becak, kalau saudara menonton di televisi, pasti pernah melihat Pak Wiranto jadi pedagang kecil asongan,” ucap Wiranto dalam kampanye nasional di GOR Lapangan Kompyang Sujana Denpasar, Kamis (27/3/2014).
Dia melanjutkan, aksi penyamarannya juga dilakukan dengan menjadi kernet bus, kuli pasar bahkan menjadi orang cacat. Semua itu sudah pernah ditayangkan di televisi.
Lantas, untuk apa mantan Panglima TNI itu, memilih menyamar masuk dalam kehidupan masyarakat pinggiran kelas bawah itu.
“Itu semua, karena Pak Wiranto bukan lagi cari uang, sebagai ketum partai dan calon presiden RI, bukan lagi cari uang. Tetapi ingin merasakan sendiri, ingin melihat sendiri sakitnya, deritanya menjadi orang kecil,” tegasnya disambut appalus hadirin.
Dia melanjutkan, alasan melakukan penyamaran, karena ingin merasakan bagaimana sulitnya mencari uang seperti dialami kuli bangunan, tukang becak, orang cacat atau mereka kelompok masyarakat kelas bawah.
Kesimpulannya, jika pemimpin telah memahami, merasakan sendiri apa yang menjadi derita rakyat, apa yang menjadi sakitnya masyarakat kecil pasti hati nuraninya akan terketuk untuk memperjuangkan nasib mereka.
Pemimpin yang menggunakan hati nuraninya, sambung Wiranto, pasti akan memperjuangkan apa yang sesuai hati nurani.
“Itulah sejatinya yang perjuangkan Partai Hanura di seluruh Indonesia,” sambungnya.
Seluruh kader dan simpatisan partai, diminta untuk meyakini jika Partai Hanura bukanlah partai main-main, bukan sekedar merebut kekuasaan.
Partai Hanura betul-betul ingin membangun kembali bangsa ini sehingga bisa menjadi bangsa yang besar dan membanggakan rakyatnya.
“Bangsa yang dihormati bangsa lain, setuju,” teriaknya lantang yang disambut setuju massa. (gek)