Ini Harapan Keluarga Gus Dur untuk Jokowi

27 Desember 2014, 08:17 WIB
Inayah Duta Ambassador Harmony @2014

Kabarnusa.com – Keluarga mantan Presiden RI Ke-IV Almaghfurlah Abdurrahman Wachid (Gus Dur) berharap pemimpin sekarang seperti Presiden Joko Widodo agar menerapkan kepemimpinan etis dan mementingkan kemaslahatan masyarakat.

Dalam refleksi kritis atas perjalanan bangsa saat ini, saat peringatan Wafat Gus Dur kelima, Panitia 5 Tahun Wafatnya KH. Abdurrahman Wahid menyampaikan pandangan dalam rilisnya kepada media belum lama ini. Saat ini, beragam masalah kebangsaan terjadi seperti kemiskinan, bencana alam, korupsi, konflik dan kekerasan.

“Indonesia perlu mengembangkan gerakan kepemimpinan yang bertumpu pada nilai-nilai etis dan kerendahhatian (tawadhu),” kata Inayah yag Duta Ambassador Harmony. Cita-cita ini mesti menjadi sebuah gerakan bersama yang dimulai dari para pemimpin, di tingkat lokal hingga nasional.

“Kepemimpinan etis itu ukurannya kepatutan, moralitas umum, dan kemaslahatan bersama, bukan sekedar hukum formal dan pencitraan di media,” tandas puteri keempat Gus Dur itu. “Kepemimpinan etis dan tawadhu ini yang sengaja diangkat dalam kegiatan 5 Tahun Wafatnya KH. Abdurrahman Wahid,” sambungnya.

Selama ini masyarakat sering disuguhkan tontotan tingkah pemimpin, di tingkat nasional maupun daerah yang memamerkan kemewahan dan tindakan yang bertolak belakang antara perkataan dan perbuatan. “Ada pemimpin yang kekayaannya menumpuk di tengah hidup warganya yang menghadapi busung lapar,” Inayah memberi alasan.

Jika tujuan dasar pemimpin adalah memenuhi kepentingan umat, jelas Inayah, maka seorang pemimpin harus betul-betul mengerti dan peka terhadap apa yang dirasakan umat yang dipimpinnya. Jika sebagian besar umat masih menghadapi masalah kesulitan ekonomi, maka kepemimpinan etis tidak akan memamerkan kemewahan dan kekayaan, meski memang sebetulnya memiliki cukup kekayaan.

Ini bukti bahwa ia mengerti betul yang dirasakan umat yang dipimpinnya. “Menurut kami sekeluarga, tema kepemimpinan etis dan tawadlu ini penting untuk dimunculkan tahun ini karena pergantian kepemimpinan di Indonesia,” tuturnya.

Ini pengingat bagi para pemimpin agar dalam kepemimpinannya mereka tawadlu kepada kepentingan umat. “Kepentingan umatlah yang utama. Bukan kepentingan diri sendiri atau kelompok,” tandas Koordinator Positive Movement itu.

Karena yang dipegang adalah nilai-nilai etis, maka pemimpin tipe ini tidak akan hanya melihat sebuah masalah dari sisi formalitas hukum. Apalagi hukum di negeri ini mudah dibelokan. Dengan pegangan nilai-nilai etis itu, lanjut Inayah, seorang pemimpin akan berani mengambil resiko dan terobosan agar nilai-nilai etis bisa dicapai.

“itulah pelajaran yang ia ambil dari sikap dan perjuangan sanga ayahanda yang melakukan beberapa terobosan ketika menjadi presiden,” imbuhnya. (pur)

Berita Lainnya

Terkini