Kabarnusa.com – Selain berkomitmen menjaga kawasan suci sesuai Bhisama Kesucian Pura PHDI Pusat — karena nafas pariwisata Bali adalah kebudayaan Bali yang religius — pasangan “SMS” (Wayan Sudirta-Made Sumiati), menyatakan berkomitmen sungguh-sungguh membela petani Karangasem.
Demikian juga dengan para peternak dan pekebun. Sebab menurut data, potensi tanah tegalan yang 17.384 ha dan perkebunan yang 29.533 ha cukup besar.
Di mana Karangasem punya jagung Seraya maupun jagung Abang yang khas, umbi-umbian dari Kec. Selat, berbagai jenis sayur di sekitar Desa Besakih Kec. Rendang, serta aneka bunga di Besakih, yang produknya mesti diakomodasi di sektor pariwisata, seperti hotel, restoran dan fasilitas lainnya.
Guna memastikan bahwa produk-produk lokal Karangasem tidak tersingkir dari persaingan, selain meningkatkan kualitas, SMS menegaskan pembelaan bagi petani dengan akan mewajibkan setiap pemohon izin pembangunan hotel-hotel dan restoran baru di Karangasem, mengakomodasi produk lokal tersebut.
“Kalau tidak bersedia, tidak akan diberi izin,” tegas Sudirta dalam sebuah kesempatan akhir pekan lalu.
Jika dirinya dipercaya memimpin Karangasem, akan memberikan contoh, dalam kegiatan Pemkab Karangasem, hidangan utamanya termasuk produksi petani lokal seperti jagung Seraya, umbi-umbian dari Selat, aneka jajanan Karangasem, karena gizinya sangatlah baik untuk kesehatan.
Dalam jangka panjang, perlu mengkonsumsi pangan yang sehat, apalagi sumbernya ada di Karangasem,” kata Sudirta sebagaimana terunngkap visi, misi dan program yang diusungnya.
Untuk meningkatkan kunjungan wisatawan ke Karangasem, SMS juga merencanakan perpanjangan dermaga Tanah Ampo, agar kapal-kapal pesiar yang besar bisa sandar.
Hal itu disertai pemasaran keluar negeri, guna mengundang lebih banyak wisatawan.
Pasar seni pun yang telah direncanakan sebelumnya, kita tuntaskan, dibuat tataruang dan arsitektur yang lebih nyaman, agar wisatawan pun bisa berkunjung.
“Maka, kalau tiap kapal pesiar membawa 4000 sampai 5000 wisatawan, dan kalau mereka menginap minimal 3 malam di Karangasem, bisa dihitung dampaknya secara ekonomi,” papar Sudirta, yang disampbut sangat antusias oleh para pakar yang menjadi panelis.
Kedatangan wisatawan ke Karangasem diproyeksikan bisa lebih tinggi lagi, bila lapangan terbang baru di Bali utara dibawa ke wilayah Karangasem, atau setidaknya yang berbatasan dengan Karangasem dan Buleleng.
“Kalau di Buleleng tidak kunjung bisa selesai karena ada kendala, apa salahnya dirancang dibangun di Karangasem? PDIP punya presiden, punya Jokowi, yang kalau kita minta agar Karangasem diperhatikan, masa sih Presiden tidak membantu?”ucap Sudirta.
Sudirta mencontohkan, bagaimana Sri Sultan Hamengkubawono di Daerah Istimewa Jogyakarta, mensyaratkan dalam perizinan pembangunan mall misalnya, izin diberikan dengan syarat mall mengakomodasi 100 item produk lokal di DIY.
”Ternyata, pengusaha jauh lebih semangat, karena mereka mencantumkan lebih dari 100 item produk lokal. Dengan begitu, produk lokal tidak tersingkir dari produk impor. Kalau DIY bisa, Karangasem pasti bisa,” tutupnya. (rhm)