Yogyakarta– Rencana PT KAI mempercantik Stasiun Lempuyangan menuai protes keras dari warga yang telah puluhan tahun bermukim di sana. Mereka menuding PT KAI melakukan pendekatan “tidak manusiawi” dan minim dialog dalam proses relokasi.
Atiek, warga yang telah tinggal lebih dari lima dekade, mengaku kecewa. “Orang tua kami turut andil membesarkan PT KAI. Diperlakukan begini rasanya jasa-jasa mereka tak berarti,” ujarnya menahan tangis, didampingi LBH Yogyakarta, Kamis (5/6/2025).
Ia dan warga lain siap berdialog, asalkan diperlakukan secara baik dan manusiawi.
Senada, Wisnu, juru parkir yang menggantungkan hidupnya di lokasi tersebut, menyatakan keputusasaannya jika penggusuran terjadi.
“Mereka tak pernah memikirkan perasaan dan masa depan kami. Kalau kami diusir, mau hidup dari mana?” keluhnya, berharap ada itikad baik dari pemangku kepentingan untuk memberikan bantuan usaha dan tempat tinggal layak.
Menanggapi hal ini, Humas PT KAI Daop 6 Yogyakarta, Feni Novida Saragih, menegaskan bahwa proses relokasi sudah sesuai prosedur perusahaan, termasuk sosialisasi dan mediasi.
“Kami sudah melakukan sosialisasi dan mediasi. Ongkos bongkar sudah disampaikan, namun permintaan ganti usaha tidak sesuai prosedur,” jelas Feni.
Warga diminta mengosongkan area hingga 30 Juni 2025. Jika tidak, PT KAI akan melanjutkan proses pengosongan sesuai mekanisme perusahaan. ***