Inovasi Mahasiswa UGM, Sulap Limbah Hasilkan Batako Anti Gempa

Program Kreatif Mahasiswa Kewirausahaan (PKM-K), memanfaatkan beberapa bahan seperti sekam padi, oli bekas, dan sampah plastik serta campuran semen dan pasir disulap menjadi batako yang tahan gempa yang diberi nama Eviroblock

11 Juli 2024, 05:02 WIB

Pihaknya memanfaatkan limbah padi pasca panen yang  tidak dimanfaatkan dengan baik, yang biasanya dimanfaatkan sebagai bekatul dan pupuk, tapi tidak semua pemanfaatanya begitu baik.

Dengan melihat banyaknya oli yang sudah tidak terpakai, mahasiswa juga turut serta menggunakan bahan tersebut untuk menjadi salah satu kombinasi bahan pembuatan Eviroblock.

Disebutkan, Oli bekas ini juga salah satu sampah yang perlu diperhatikan di bengkel kendaraan kurang bisa dimanfaatkan untuk mengusir rayap.

Forpi Jogja Usulkan Perubahan Jalur Zonasi Radius PPDB

Konsep keberlanjutan, yang diusung ketiga bahan tersebut jika dipadukan disebut dapat meningkatkan kualitas inovasi batako yang mereka buat.

Tidak hanya merusak lingkungan karya mahasiswa ini juga tidak membutuhkan biaya mahal, bahkan cenderung bisa ditemukan di lingkungan sekitar.

Ditambahkan, Relation and Marketing PKM-K UGMM Eviroblock, Shafa Zahra Aulia berbagai riset dan pembacaan literatur sudah dilakukan, baik oleh pihaknya maupun penelitian yang sudah ada. Sehingga setiap bahan yang dimasukkan persentasenya sudah diperhitungkan.

Bangun Media Berkelanjutan, Arkadia Digital Media Hadirkan Suarajogja.id

Persentasenya berdasarkan pasir,dan semen yang ada di wadah kami berdasarkan riset sudah dilakukan peneliti di luar sana.

Disampaikan Shafa  banyak pihak telah membantunya dalam menciptakan inovasi tersebut yang telah ia inisiasi bersama rekan satu tim nya seperti dosen pembimbing.

Dirinya mengaku berupaya untuk menekan biaya produksi, namun tetap mengedepankan kualitas produk. Dirinya menyampaikan, produk yang mereka buat telah memiliki target pasar antara lain agen perumahan dan agen konstruksi bangunan.

Bali Startup Expo Dorong Telenta Muda Naik Kelas dan Perkuat Ekosistem Bisnis Rintisan

“Tiga bahan tadi bahan utama pembuatan aspek pengerjaan bisa ditekan dari segi biaya kemudian dari segi penjualan lebih ain dari batako konvensional dan juga batako plastik lainya di pasaran 5300 per pcs satu paket penjualan 12 batako kami jual Rp.63.600,” sebutnya.

Yohanes menyampaikan, batu bata Eviroblock tersebut memiliki keunggulan, salah satunya tahan terhadap gempa. Memanfaatkan konsep centerlocking disebutnya dapat meminimalisir risiko gempa karena memiliki bahan yang tidak gampang retak.

“Menggunakan batako biasanya akan menjadi patahan atau retakan, sehingga dampaknya rusaknya lebih besar. Kami meminimalisir dampak tersebut kami menggunakan inovasi yang kami kira akan sukses ke depanya,” jelasnya.

Tingkatkan Inklusi Keuangan, Telkomsel Perkuat Kemitraan Setrategis Bersama PT USSI dan LPD Bali

Saat ini, produk Eviroblock yang mereka ciptakan baru bisa diproduksi dengan jumlah yang terbatas. Kendati begitu, dirinya mengaku sudah ada konsumen yang telah melakukan order untuk pembangunan pagar.

Kekinian, produk kami dipesan orang di Pogung Kidul untuk membangun pagarnya. Kami bertanya di lokasi dan survey tempat.

“Kami belum tentu manufaktur, tapi berdasarkan permintaan, konsumen itu membutuhkan batako untuk membangun rumahnya. Kami saat ini masih gencar untuk mencari investor untuk produksi dalam jumlah banyak,” katanya menambahkan.

UGM Kembali Raih Rekor MURI untuk Pembagian Susu Terbanyak

Para mahasiswa ini dalam memproduksi batu bata Eviroblock juga memperkerjakan karyawan guna mengerjakan proyek tersebut, sesuai dengan kebutuhan konsumen.

Koordinator Research and Development, Mohammad Ridwan mengungkapkan, batu bata yang mereka rancang memiliki beberapa model. Hal tersebut membuat batu bata tersebut tidak gampang patah dan menarik untuk digunakan.

“Komposisinya antara lain semen dan pasir 1:6, sampah plastik 25 persen dari volume pasir, sekam padi sekitar 10 persen dan oli bekas 1 sampai 3 persen,” Ridwan menambahkan.***

Berita Lainnya

Terkini