Insiden Pemukulan Pecalang Saat Nyepi, Ini Himbauan MUI Bali

31 Maret 2017, 06:33 WIB
Pertemuan MUI Bali dan warga lintas agama di Bali (foto:istimewa)

DENPASAR – Majelis Ulama Indonesia (MUI) Provinis Bali menyesalkan terjadinya insiden saling pukul saat Hari Nyepi 28 Maret 2017 di Desa Pemecutan Kelod Denpasar yang seharusnya tidak perlu terjadi jika semua umat bisa mengendalikan diri dan menghormati satu sama lainnya.

Hal itu disampaikan Ketua MUI Bali HM Taufik As’adi dalam pernyataan sikapnya, terkait insiden pemukulan, antara Putu Abdullah dan pecalang saat Hari Nyepi.

Pihaknya berterima kasih kepada aparat Polsek Denpasar Barat, Babinsa, Kepala Desa Pemecutan Kelod dan para tokoh umat yang telah merespons dengan cepat persoalan tersebut sehingga bisa segera diselesaikan dengan perdamaian antara kedua belah pihak.

MUI memandang, Bali yang dikenal sebagai pulau toleransi dalam kehidupan beragama harus tetap dijaga, dengan menghindarkan perbuatan dan sikap yang bisa merusak keharmonisa.

“Mari membangun prinsip saling memahami bersama antar umat beragama dan komuniksi yang intensif antar pemuka agama,” ajak Taufik dalam pernyataan tertulisnya yang juga ditandatangani Sekretaris Abdul Kadir Makaramah, Kamis (30/3/17).

Terkait tulisan yang beredar di media sosial atau media chatting yang mencantumkan MUI Bali, pihaknya menyampaikan bahwa MUI Bali sebagai lembaga, tidak pernah membuat statemen tersebut.

“Kami mengimbau seluruh media, baik cetak, elektronik dan online untuk tidak memberitakan dan menuliskan berita yang menjadikan kondisi makin keruh,” tandasnya.

Selain itu, MUI mengajak semua pihak tetap menjaga dan memelihara keharmonisan umat beragama. Pihaknya berharap prinsip jurnalistik yang jujur, adil dan obyektif tetap dikedepankan demi menjaga kerukunan umat beragama di Bali.

Sikap pernyataan MUI Bali itu disampaikan, kata Asa’d sebagai upaya untuk membangun dan menjaga keharmonisan yang selama ini sudah terjadlin antar umat beragama di Bali. (rhm)

Berita Lainnya

Terkini