Badung – Indonesian Oncology Nurses Association (IONA) terus mendorong para perawat onkologi meningkatkan kompetensi dalam memberikan pelayanan kepada pasien kanker.
Hal itu ditegaskan Chair of the conference dan IONA Past Presiden Kemala Rita Wahidi di sela Asian Oncology Nursing Society Conference ke 6 di Kuta, Bali, pada 2-4 Agustus 2023.
IONA dipercaya sebagai tuan rumah oleh Asian Oncology Nursing Society (AONS) yang mewadahi perawat kanker di tingkat Asia.
Kemala Rita Wahidi menjelaskan, konfrensi ini diharapkan dapat menjadi jembatan pertemuan para ahli keperawatan onkologi dari seluruh dunia.
“Khususnya di Asian dan Asean untuk dapat saling berbagi ilmu dan peengalaman dalam perawatan khususnya terhadap pasien kanker, dan juga dalam bidang penelitian keperawatan kanker dalam upaya peningkatan,” tuturnya.
Harapannya, sharing knowledge ini dapat memberikan dampak besar dalam peningkatan kualitas asuhan keperawatan pasien kanker.
Ditekankannya, perawat kanker agar nantinya bisa melakukan kerja sama dengan dokter dan mitra profesi lainnya dalam melakukan perawatan pasien kanker.
Karenanya, dalam kerangka meningkatkan kompetensi perawat onkologi atau kanker, pihaknya telah bekerjasama dengan RS Dharmais, sejumlah rumah sakit swasta di Jakarta dan perusahaan farmasi.
Rencanya, kedepan kerja sama dengan rumah sakit akan ditingkatkan seperti dengan RSUP M Jamil Padang dalam mendorong peningkatan kompetensi parawat kanker di jenjang spesialis keperawatan.
Kata Kemala Rita Wahidi, kerja sama dilakukan melalui pendidikan formal dengan meningkatkan jenjang pendidikan keperawatan ke jenang keeprawatan onkologi yang dimulai sejak 2020 dan telah meluluskan keperawatan spesialis onkologi yang murni dibiayai oleh proyek kerja sama tersebut.
“Tidak hanya pendidikan formal namun juga non formal melalui pelatihan-pelatihan keperawatan kanker dasar, yang harus dikuasai perawat kanker di Indoensia,” tandasnya.
Sampai saat ini, pihaknya telah mengadakan pelatihan non formal sebanyak enam kali dan telah meluluskan 150 perawat onkologi yang terlatih. Pelatihan semacam itu akan diperluas mengingat keterbatasan fasilitas yang disediakan RS Dharmais sehingga direncanakan akan menggandeng pihak rumah sakit di Yogyakarta dan Bali.
“Indonesaia ini sangat luas tidaj mungkin RS Dharmais melakukukan pelatihan-pelatihan,” tandasnya.
Pelatihan ini terutama ditujukan kepada perawat kanker yang tidak bisa melanjutkan ke jenjang pendididkan spesialis.
Pengetahuan dasar perawat onkologi harus dikuasi para perawat. Mereka harus menguasai kompeteni khusus karena siklus perawatan pasien kanker cukup panjang, fasenya mulai penceghan deteksi, pengobatan hingga pascaperawatan hingga ujung hidup pasien kanker.
“Perawat memegang peran penting dalam hubungan perawat – pasien baik fisik maupun psyco-socio-spiritual,” imbuh mantan Ketua Umum Himpunan Perawat Onkologi Indonesia HIMPONI ini.
Merekalah yang paling dekat dengan pasien selama 234 jam dalam memberikan asuhan keperawatan untuk pasien kanker dalam jangka panjang, terutama ketika pasien membutuhkan bantuan kebutuhan terkait dengan penyakit yang diderita. ***