Ironi Nelayan Indonesia di Negara Maritim-Agraris, Tapi Ikan dan Pangan Mahal karena Kapitalisme

21 Agustus 2025, 12:36 WIB

Jakarta – Ketua Advokasi Persaudaraan Tani-Nelayan Indonesia (PETANI), Tunjung Budi Utomo, menyoroti semakin mahalnya harga kebutuhan pokok seperti beras, sayur, buah, daging, bahkan ikan. Padahal, Indonesia dikenal sebagai negara maritim dan agraris yang seharusnya mampu mencukupi pangan rakyatnya.

“Ironis, negara maritim dan agraris, tapi ikan susah didapat, beras, sayur, buah, dan daging harganya melambung tinggi,” ujar Tunjung dalam keterangannya, Kamis (21/8/2025).

Menurutnya, akar masalah ini bukan sekadar soal distribusi, melainkan dampak dari dominasi kelompok kapitalisme yang menggeser orientasi masyarakat produsen yakni petani, peternak, dan nelayan menjadi sekadar konsumen.

Kapitalisme mengubah tatanan sosial masyarakat. Yang dulunya kita kuat di sektor produksi pertanian, peternakan, dan perikanan, sekarang dipaksa hanya menjadi pasar konsumen,” tegasnya.

Lebih jauh, Tunjung mengkritik praktik penguasaan ruang hidup masyarakat pesisir yang semakin masif. Reklamasi pantai dan pembangunan hunian mewah, kata dia, menjadi cara kelompok kapital besar menguasai tanah daratan, pesisir, hingga laut.

“Cukup dengan menguasai tanah daratan, pesisir, pantai, dan laut melalui reklamasi lalu bangun hunian mewah, maka akses masyarakat terhadap sumber pangan tergerus habis. Nelayan kehilangan ruang tangkap, petani kehilangan lahan. Akibatnya, rakyat makin sulit menjangkau pangan murah dan sehat,” ungkapnya.

Ia mendorong pemerintah untuk segera mengambil langkah korektif dengan memperkuat kembali kedaulatan pangan berbasis produksi rakyat, bukan kepentingan kapital.

“Jika tidak ada keberpihakan yang nyata, maka negara maritim dan agraris ini hanya tinggal slogan tanpa makna bagi rakyat kecil,” pungkas Tunjung.***

Berita Lainnya

Terkini