Islam Nusantara dalam Kajian di Kampus Vrije Universiteit Amsterdam

2 April 2017, 07:06 WIB

AMSTERDAM – Guna mengetahui bagaimana Islam moderat di Indonesia menjadi kegiatan konferensi internasional yang diselenggarakan di kampus Vrije Universiteit Amsterdam dengan mengangkat tema “Rethinking Indonesia’s Islam Nusantara: From Local Relevance to Global Significance” pada (28/3) lalu.

Konferensi diselenggarakan Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) Belanda ini berkat dukungan penuh Kedutaan Besar Republik Indonesia di Den Haag dan Kementerian Agama Republik Indonesia.

Juga atas kerja sama erat dengan Vrije Universiteit Amsterdam, Persatuan Pemuda Muslim Eropa (PPME), Belanda, dan Masjid Al-Hikmah, Den Haag.

Tidak kurang dari 30 orang pemakalah dan sekitar 250 peserta dari berbagai negara dan disiplin ilmu berpartisipasi pada forum ilmiah yang dibuka Dirjen Pendidikan Islam Kementerian Agama Prof. Dr. Phil. Kamaruddin Amin.

Konferensi internasional juga sangat istimewa karena dihadiri oleh lima Duta Besar Republik Indonesia di berbagai negara, yakni berturut-turut Dubes RI untuk Belanda (I Gusti Agung Wesaka Puja), untuk Aljazair (Safira Machrusah), untuk Lebanon (Achmad Chozin Chumaidy), untuk Arab Saudi (Agus Maftuh Abegebriel), dan untuk Azerbaijan (Husnan Bey Fananie).

Dari kalangan Nahdliyyin, hadir KH. Zulfa Mustofa dari Pengurus Besar Nahdlatul Ulama serta puluhan perwakilan Cabang Istimewa NU dari berbagai negara, yakni Belgia, Jerman, Inggris, Rusia, Maroko, Tunisia, Lebanon, dan Malaysia.

Konferensi internasional Islam Nusantara yang di masa depan diharapkan akan menjadi agenda dua tahunan _(biennial) ini, terdiri atas dua bagian, yakni kuliah umum dan diskusi panel. Dirjen Pendidikan Islam, Prof. Dr. Phil. Kamaruddin Amin, membuka acara dan sekaligus menyampaikan _keynote speech_ pada sesi kuliah umum.

Selanjutnya Dubes RI untuk Aljazair Safira Machrusah, intelektual muda NU Ahmad Baso, peneliti mengenai Islam di Eropa Prof. Dr. Thijl Sunier dari Vrije Universiteit Amsterdam, dan Dr. Adib Abdus Shomad dari Direktorat Pendidikan Tinggi Islam Kementerian Agama.

Dalam diskusi panel dibagi menjadi delapan kelompok yang membahas Islam Nusantara dari berbagai aspek berlainan.

Pertama akar intelektual dan relevansi kekinian, kedua reproduksi dan diseminasi melalui berbagai institusi pendidikan, ketiga dinamika hukum Islam, adat dan sistem legal, keempat dinamika demokrasi, kewarganegaraan dan hak asasi manusia.

Yang kelima konteks ketimpangan sosial-ekonomi dan krisis ekologim keenam dinamika “media baru” dan otoritas keagamaan, ketujuh konteks pluralitas keagamaan; dan terakhir atau kedelapan dialog dengan lokalitas, termasuk dalam konteks Eropa.

Konferensi ini ditutup dengan beberapa catatan kritis yang disampaikan oleh Prof. Dr. Karel Steenbrink dari Utrecht University. Selain ceramah dan diskusi, konferensi ini juga diisi, photo exhibition menampilkan presentasi poster dan foto-foto terpilih mengenai berbagai sisi kehidupan Islam Nusantara di Indonesia.

Secara keseluruhan, konferensi internasional ini menyampaikan pesan kunci berupa signifikansi Islam Nusantara terhadap upaya-upaya global menjawab berbagai persoalan dihadapi umat manusia di seluruh dunia dewasa ini, seperti kekerasan sektarian, ketimpangan sosial-ekonomi, xenophobia, Islamophobia, dan krisis ekologi global. (des)

Berita Lainnya

Terkini