Jakarta – Tim Institut Teknologi Bandung (ITB) berhasil menjadi juara nasional ajang ASEAN Foundation and SAP SE (NYSE: SAP) di Final Nasional ASEAN Data Science Explorers (ASEANDSE) 2019 yang berlangsung di Universitas Pancasila, Jakarta.
Tiga pemenang dipilih karena urgensi topik mereka, solusi yang disampaikan melalui storyboard mereka dan kejelasan presentasi mereka. Sebagai pemenang pertama, Tim Amethyst dari Institut Teknologi Bandung akan mewakili Indonesia di Final Regional pada Oktober 2019.
Tim beranggotakan Stephanie dan Owen Nixon Jimawan mengambil tempat pertama di Final Nasional. Proyek mereka berfokus pada solusi untuk menghijaukan kota dari polusi dan perubahan iklim.
Kemudian juara kedua Tim Sadikin, terdiri dari Shalahuddin Al Ayyubi dan Firdaus Wahyu Nugroho dari Institut Teknologi Bandung muncul sebagai runner-up. Proyek mereka dirancang untuk menyoroti dan mempromosikan profesional perempuan STEM.
Untuk juara ketiga, Tim Prajna, terdiri dari Faris Abdurrachman dan Ebara Gikami Lufti dari Universitas Indonesia menjadi runner-up kedua untuk proyek mereka dalam memecahkan masalah ketenagakerjaan informal di ASEAN.
Kompetisi di Indonesia adalah satu dari sepuluh Final Nasional ASEANDSE 2019 yang berlangsung di seluruh wilayah pada bulan September 2019, di mana sepuluh tim terbaik dari masing-masing negara anggota bersaing untuk mendapatkan tempat untuk mewakili Indonesia di Final Regional.
Melalui pemanfaatan perangkat lunak Analytic Cloud SAP, setiap tim mengembangkan solusi berbasis data yang menyoroti enam Tujuan Pembangunan Berkelanjutan.
Pertama, kesehatan dan kesejahteraan yang baik, kedua, pendidikan berkualitas, ketiga kesetaraan gender, keempat pekerjaan yang layak dan ekonomi pertumbuhan, kelima industri, inovasi & infrastruktur dan keenam kota dan komunitas yang berkelanjutan dan dapat berkontribusi untuk memecahkan masalah sosial yang paling mendesak di kawasan ini.
Bersamaan dengan Kepemimpinan ASEAN Thailand, Thailand akan menjadi tuan rumah Final Regional ADSE 2019.
Tahun lalu, tim OWL, tim mahasiswa dari Indonesia memenangkan Final Nasional ASEANDSE 2018. Belajar di Universitas Bina Nusantara, para siswa, Willy Gunawan dan Owen Gunawan mempresentasikan proyek perangkat lunak berjudul ‘SMARCO,’ kependekan dari ‘Smart Circular Economy.’
Willy dan Owen mengatakan mereka sangat bersyukur telah ikut serta dalam kompetisi ADSE dan belajar keterampilan dasar kepemimpinan, kerja tim, dan yang paling penting teknologi digital.
Tahun ini, lebih dari 1.130 siswa dari seluruh Indonesia dilatih di SAP Analytics Cloud. Kompetisi ini mendapatkan lebih dari 1.000 pendaftaran.
Melalui pelatihan ini, ASEAN Foundation dan SAP mendukung siswa untuk menganalisis data real-time dari krisis sosial dan ekonomi saat ini di negara-negara anggota ASEAN dan dengan demikian memberikan solusi.
“Bersama ASEAN Foundation, SAP terus mendorong kaum muda untuk menjadi kreatif dan mengembangkan inovasi untuk mendukung masalah sosial dan ekonomi yang dihadapi negara kita dan orang lain di kawasan ini, terutama dengan memberikan mereka keterampilan yang membantu mereka menghadapi pengalaman ekonomi dan berkontribusi untuk Indonesia 4.0, ” kata Direktur Pelaksana SAP Indonesia Andreas Diantoro.
Menurut World Economic Forum, keinginan untuk menjadi wirausaha adalah yang terkuat di Indonesia, dengan 35% anak muda memiliki aspirasi ini.
“Mendorong sikap memulai diri seperti ini dari anak muda kita adalah apa yang dimotivasi ASEANDSE melalui pelatihan dan kompetisi yang berarti dengan yang terbaik dari rekan-rekan mereka di Indonesia dan di Asia Tenggara,” imbuh Andreas.
Hal ini menjadi bukti dari tujuan abadi SAP untuk membantu Indonesia berjalan lebih baik dan meningkatkan kehidupan orang Indonesia. ASEANDSE adalah program regional oleh ASEAN Foundation dan SAP yang bertujuan untuk mengkatalisasi aktivisme di kalangan mahasiswa di ASEAN.
Sejak didirikan pada tahun 2017, ASEANDSE telah memberdayakan lebih dari 9.000 anak muda dari 230 institusi pendidikan tinggi di wilayah ini dengan keterampilan analitik data.
Entri kompetisi meningkat dua kali lipat tahun ini dengan 1.300 tim siswa dari berbagai disiplin ilmu seperti ilmu politik, teknik dan arsitektur yang mengumpulkan wawasan yang dapat ditindaklanjuti dari data untuk menghasilkan solusi yang berdampak pada bidang-bidang ini. (riz)