Jejak Cahaya dan Dentuman di Langit Bali

25 Januari 2021, 12:43 WIB

Buleleng – Sejumlah warga Buleleng, Bali, melaporkan adanya jejak
cahaya di langit serta suara dentuman yang terdengar cukup jelas sekitar pukul
11 WITA, (24/1/2021).

Sensor gempa di Stasiun BMKG di Singaraja mendeteksi adanya anomali getaran
selama sekitar 20 detik mulai pukul 10.27 WITA. Getaran tersebut memiliki
intensitas sekitar 1,1 magnitudo.

Astronom sekaligus Peneliti Madya LAPAN, Dr. Rhorom Priyatikanto mengatakan
sistem pemantauan orbit.sains.lapan.go.id tidak menunjukkan adanya benda
artifisial atau sampah antariksa yang diperkirakan melintas rendah atau jatuh
di wilayah Indonesia.

Hal ini memperbesar kemungkinan bahwa kejadian yang teramati di Buleleng
berkaitan dengan benda alamiah. Meteor berukuran besar atau dikenal juga
sebagai bolide atau fireball bisa jadi masuk ke atmosfer, terbakar, dan jatuh
di dekat Buleleng.

Dalam prosesnya, meteor tersebut dapat memicu gelombang kejut hingga suara
dentuman yang bahkan terdeteksi oleh sensor gempa, sebagian besar meteor
terbakar di atmosfer dan bisa jadi ada sebagian kecil yang tersisa dan jatuh
ke permukaan Bumi (darat atau laut).

Fragmentasi meteor besar juga jamak terjadi ketika meteor tersebut mencapai
ketinggian sekitar 100 kilometer di atas permukaan Bumi.

Belakangan ini, tidak ada aktivitas hujan meteor, kecuali dengan intensitas
amat kecil. Namun, perlu diketahui bahwa pada tahun 2021 ini, sudah ada
sekitar 40 ketampakan meteor besar (fireball) di berbagai belahan Bumi.

Pada tanggal 24 Januari 2021, terdapat setidaknya 3 asteroid berdiameter
<100 m yang melintas dengan jarak minimum beberapa kali lipat jarak
Bumi-Bulan.

Bila memang apa yang terjadi di Buleleng merupakan jatuhnya meteor berukuran
besar, maka objek tersebut tidak berasosiasi dengan asteroid yang terdeteksi
dan terkatalogkan sebelumnya.

Pada 8 Oktober 2009 warga Bone mendengar ledakan disertai getaran kaca-kaca
rumah mereka. Warga juga melihat jejak asap di langit. Dugaan LAPAN bahwa itu
meteor besar akhirnya mendapat bukti dari peneliti NASA yg menggunakan data
infrasound.

Data infrasound mengindikasikan adanya meteor jatuh yg diperkirakan
berdiameter 10 meter. Belakangan diketahui juga seismograf BMKG terdekat
merekam getaran 1,9 magnitudo.

Bila dibandingkan dengan kejadian di Bone, ada kemiripan sehingga diduga
ledakan di Buleleng juga disebabkan adanya meteor besar yang jatuh. Meteor itu
menimbulkan gelombang kejut yg terdengar sebagai ledakan.

Diduga meteor tersebut memiliki ukuran awal beberapa meter, lebih kecil
daripada asteroid Bone, Dr. Rhorom juga menambahkan bahwa Meteor yang telah
mencapai permukaan Bumi tidak berpotensi bahaya.

Benda antariksa ini tidak mengandung unsur radioaktif yang membahayakan,
mineral yang terkandung dalam meteor pun tidak berbahaya bagi lingkungan.
(riz)

Berita Lainnya

Terkini