Jejak Majalah Charlie Hebdo yang Jadi Target Teroris

9 Januari 2015, 10:59 WIB

Kabarnusa.com – Kelompok bersenjata ekstrimis dan garis keras menjadikan Majalah satir Perancis, Charlie Hebdo sebagai target operasi mereka karena majalah itu dikenal anti agama dan berhaluan sayap kiri.

Majalah anti agama dan berhaluan sayap kiri ini tidak ragu untuk menyindir. Mereka pernah menerbitkan ulang kartun Nabi Muhammad di Denmark yang memicu kerusuhan di Timur Tengah pada tahun 2005 dengan mengganti nama edisi mereka dengan judul “Syariah Hebdo”.

Tak cukup di situ, mereka juga menampilkan nabi-nabi Islam sebagai awak redaksi majalah tersebut. Mingguan ini telah berulang kali membuat karikatur tentang Muslim dan Islam.

Charlie Hebdo juga membuat satiran untuk agama-agama lain. Seperti ketika Gereja Katolik terperosok dalam skandal pelecehan seksual pada anak beberapa tahun lalu.

Majalah itu menerbitkan karikatur anjing sedang berhubungan seks dengan kaki Presiden Prancis Francois Hollande menjelang malam tahun baru lalu. Charlie Hebdo menerbitkan kartun Maria melahirkan Yesus, yang digambarkan dengan hidung babi pada 20 Desember lalu.

Serangan terhadap umat Muslim-lah yang menyebabkan paling kontroversi. Pada 2011 kantor Charlie Hebdo dibom setelah menerbitkan edisi “Syariah Hebdo”. “Hebdo” adalah bahasa slang Perancis untuk menyebut surat kabar mingguan.

Perancis terpaksa menutup kedutaan dan sekolahnya di 20 negara setelah majalah tersebut menampilkan kartun Nabi Muhammad pada tahun 2012. Kala itu, Umat Muslim menganggap penggambaran Nabi Muhammad tersebut sebagai bentuk penghinaan.

Sejak tahun 2009, Pemimpin redaksi Charlie Hebdo Stephane Charbonnier – yang dikenal sebagai Charb – menjadi salah satu orang yang masuk daftar sasaran Al Qaeda.

“Ini adalah kertas satir yang dihasilkan oleh sayap kiri dan ketika saya mengatakan sayap kiri itu berarti berhaluan dari anarkis ke komunis, ke Greens, dan sisanya Sosialis. Di atas semua itu adalah sebuah surat kabar sekuler dan atheis,” kata Charb kepada Reuters pada 2012.

Pada tahun 2007 majalah tersebut juga pernah digugat dua asosiasi Muslim Perancis setelah mencetak ulang 12 kartun yang awalnya diterbitkan oleh media Denmark, Jyllands-Posten.

Hanya saja, Pengadilan Perancis menolak kasusnya. karena menganggap keputusan Charlie Hebdo mencetak ulang kartun tidak bermaksud  menghasut timbulnya kebencian agama. Banyak kartunis yang sejak tahun 1960 di majalah Hara-Kiri, yang secara terbuka menyatakan tujuannya untuk menjadi “konyol dan jahat.”

Majalah itu dilarang  terbit pada tahun 1970 setelah dianggap melecehkan mantan Presiden Perancis, General Charles de Gaulle. Beberapa bulan kemudian majalah itu muncul kembali dengan nama Charlie Hebdo. (nar)

Sumber: NBC

Berita Lainnya

Terkini