Yogyakarta– Penutupan parsial Jembatan Kewek di atas Kali Code, Tegal Panggung, yang dimulai pada 10 Desember 2025, segera memicu drama lalu lintas yang meresahkan warga sekitar.
Ratusan pengendara sepeda motor memilih Gang Hansip Karno Waluyo di Ledok Tukangan sebagai jalur pintas utama menuju Malioboro, mengubah gang-gang permukiman yang semula tenang menjadi jalur ramai yang padat.
Dampak langsung ini membuat Ketua RW 01, Adi Kusuma, angkat bicara. Ia menyoroti potensi kemacetan parah dan kepadatan di kampungnya.
“Sepertinya nanti akan berimbas jadi lebih ramai. Baru satu jam mulai, orang luar sudah banyak yang salah masuk. Ini akan berimbas ke kampung kita juga,” keluh Adi.
Walikota Yogyakarta, Hasto Wardoyo, mengonfirmasi bahwa penutupan parsial ini sudah sesuai skenario dan arahan dari Gubernur DIY. Saat ini, penutupan hanya berlaku untuk kendaraan kecil, seperti sepeda motor.
“Ini ditutup secara parsial, yang boleh lewat kendaraan kecil dalam keadaan biasa, mungkin motor. Tapi nanti kalau over capacity, kita lihat situasional ketika malam tahun baru dan juga Natal bisa kita kondisikan,” jelas Walikota.
Keputusan ini diambil sebagai antisipasi. Hasto mengungkapkan bahwa jembatan lain di dekat Kewek yang putus memiliki risiko tinggi karena tanggul yang sudah ringkih. Oleh karena itu, arus lalu lintas kendaraan kecil diarahkan melalui Jembatan Kewek.
Untuk mengendalikan arus kendaraan besar, Pemkot telah memasang portal di area Kridososono. Penutupan total Jembatan Kewek, baru akan dilakukan saat pembangunan dimulai, yang ditargetkan pada April 2026.
Namun, janji pembangunan tahun depan tidak meredakan kekhawatiran warga yang kini harus menghadapi “banjir” motor di gang mereka.
Ketua RW Adi Kusuma menegaskan akan mengambil langkah tegas jika keresahan masyarakat memuncak.
“Kalau memang ada kontra nanti kami akan sampaikan ke kelurahan, kecamatan dan mungkin lewat dari dewan yang mewakili Danurejan. Nanti kita akan audiensi ke Wali Kota,” ancamnya.
Adi juga mengungkapkan adanya kesenjangan informasi. Meskipun mengetahui rencana penutupan dari media dan kelurahan, warga mengaku belum mendapatkan detail rekayasa lalu lintas yang jelas.
Dengan Jembatan Kewek yang masuk wilayah RW-nya, Adi berharap Pemkot Yogyakarta dapat merangkul warga untuk bersama-sama mengelola lalu lintas agar operasional jembatan berjalan lancar.
Permasalahan ini menyoroti perlunya koordinasi yang lebih baik antara Pemerintah Kota dengan masyarakat terdampak langsung sebelum kebijakan lalu lintas diberlakukan.***

