Jero Wacik: Geothermal Ditolak, Ya Apa Pilihannya

5 Februari 2014, 18:14 WIB
Menteri ESDM Jero Wacik (Foto:Kabarnusa)

Kabarnusa.com, Denpasar – Menteri ESDM Jero Wacik meminta masyarakat yang menolak rencana pengembangan sumber energi alternatif Geothermal di Bali dengan memberikan solusi dan pilihan energi alternatif lainnya untuk mengatasi krisis energi listrik. 

Penegasan itu disampaikan menanggapi kontroversi rencana pembangunan megaproyek di Bedugul Kecamatan Baturiti Kabupaten Tabanan yang sejak satu dekade ini terus menuai penolakan masyarakat.

Jero menegaskan,ke depan Bali harus memikirkan untuk bisa memilki pembangkit energi listrik sendiri. Dengan begitu, tidak tergantung lagi pada pasokan dari Jawa.

Semakin lama, Bali penduduknya makin padat, sehingga kebutuhan akan listrik akan meningkat pula.

“Kita akan banyak memerlukan pasokan listrik, baik untuk jangka pendek menengah dan panjang,” jelasnya usai memberi kuliah umum di Sekolah Tinggi Parwisata (STP) Bali di Nusa Dua, Rabu (5/2/2014).

Dengan begitu, Bali jangan bergantung pada lisrtik di Jawa. Pasalnya, jika kemudian terjadi apa-apa, dengan kabel bawah laut yang memasok listrik, maka akan memberi dampak merugikan.

“Kalau kabel bawah laut putus, Bali bisa gelap gulita, satu kabel sudah putus, sekarang tinggal satu kabel lagi,” katanya mengingatkan.

Tentu saja, hal itu tidak boleh terjadi, sehingga harus ada langkah antisipasi dengan mencari sumber energi alternatif.

Beberapa sumber energi yang bisa dicari seperti energi gas atau PLTG, batu ara, geothermal, surya dan lainnya.

Hanya saja, diakuinya, masyarakat belum sepenuhnya memahami pentingnya energi geothermal misalnya sehingga harus terus disosialisasikan.

“Kita butuh listrik, kalau masih ditolak, ya apa pilihannya bisa pilihan A, B atau C, ya harus ada pilihan,” imbuh mantan Menbudpar itu.

Hanya saja, Jero menyadari alam demokrasi saat ini, tidak lagi masyarakat bisa begitu saja menerima apa apa yang datang dari pusat atau pemerintah.

Masyarakat tidak bisa lagi diperintah sehingga mereka perlu dibangun kesadaaran baru.

Dia mengajak semua komponen masyarakat, swasta dan pemerintah untuk berfikir jernih, positif demi masa depan Bali.

Kata Jero, Harus ada langkah antisipasi, jangan menunggu agar tidak menyesal nanti ketika suatu saat terjadi seperti mati listrik.

Saat ini, beban listrik di Bali mencapai 600 MW. “Mestinya Bali harus mampu menyediakan pasokan 1000 MW sehingga bisa lebih aman,” tutupnya. (rma)

Berita Lainnya

Terkini