Jika Ada Mafia Alkes, Adian Minta Eric Tohir Laporkan ke Presiden

21 April 2020, 13:49 WIB
adian
Anggota DPR RI Fraksi PDI Perjuangan Adian Napitupulu/twitter

Jakarta – Pernyataan mengejutkan Erik Thohir sebagai Menteri BUMN yang mensinyalir ada mafia alat kesehatan (Alkes) memantik reaksi masyarakat termasuk politikus PDI Perjuangan Adian Napitupulu yang meminta jika memiliki bukti agar dilaporkan ke Presiden Jokowi hingga ke Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).

Tetiba Erik Thohir berbicara tentang mafia alat kesehatan (alkes) yang mendominasi impor alat kesehatan (tentu yang dimaksud semua alkes dan obat terkait Corona).

“Siapa yang di maksud Erik Thohir? Ada kalimat yang bisa jadi clue menunjukan siapa mafia di maksud yaitu “Mereka yang mendominasi,” ucap Adian dalam keterangan tertulis diterima Kabarnusa.com, Selasa (21/4/2020).

Menurut Adian, pernyataan adanya mafia adalah pernyataan serius yang bisa menyasar kesiapapun. Jika ukuran mafianya adalah dominasi impor alkes dan obat, bisa jadi hanya dua lembaga yang memenuhi syarat dominasi yaitu BNPB dan BUMN.

“Apakah pernyataan Erik ini menyasar ke BNPB? Mungkin saja, Karena ada 19 jenis Alkes yang rekomendasi Impornya di keluarkan BNPB,” tukas pendiri Posko Perjuangan Rakyat (Pospera) ini.

Dia lantas menyebutkan beberapa daftar rekomendasi Impor alkes dari BNPB : Surgical apparel, Disinfektan, Sarung tangan steril, Sarung tangan pemeriksaan, Thermometer, Ventilator infusion pump, Mobile x-ray, High flow oxygen device, Bronchoscopy portable dan lainnya.

Pernyataan Eric juga bisa dilihat dalam konteks sedang menegur oknum atau BUMN di bawah kementriannya.

Atau lebih jauh lagi, jangan jangan pernyataan Erik itu menuduh dirinya karena satu bulan lalu pernah meminta Pemerintah memudahkan impor Alkes walaupun dia bukan importir dan trader.

Dengan gaya santai, Adian mengaku sebagai calon tertuduh, setengah tertuduh atau berpotensi menjadi tertuduh maka berkepentingan melalui tulisan ini, semacam hak jawab.

Apakah benar BUMN mendominasi impor Alkes dan Obat? Adian membeber data berbagai media : RNI impor 500.000 Rapid test dari Cina, Indo Farma impor 100.000 rapid test, Kimia Farma impor 300.000 rapid test.

Total impor Rapid test sudah 900.000 buah. Berikutnya BUMN juga impor bahan baku untuk produksi 4,7 juta masker. Bio Farma impor bahan baku untuk 500.000 obat dari India untuk membuat Oseltamivir. BUMN juga impor 2 juta Avigan. BUMN impor bahan pembuat 3 juta klorokuin.

BUMN dan BKPM impor bahan baku APD dari China dan Korea. BUMN impor 20 PCR dari Farmas Roche Swiss. Dengan data itu sebenarnya BUMN salah satu yang mendominasi Impor alkes dan Obat.

Baginya sangat aneh, BNPB yang mengeluarkan rekomendasi Impor, BUMN ikutan mendominasi Impor namun Menteri BUMN sekarang bicara bahwa ada Mafia yang mendominasi Impor Alkes.

“Jadi sebenarnya siapa mafianya Pak Menteri? Kalau impor Alkes harus ada rekomendasi sekian lembaga negara, apakah Pak Menteri ingin katakan bahwa Mafia Mafia itu dapatkan rekomendasi juga?,” tanya vokalis DPR RI ini.

Bisa jadi, lanjutnya, yang dimaksud Menteri Eric adalah memotivasi semua untuk memproduksi sendiri alat kesehatan dan obat. “Ide bagus, tapi sayang nya kita tidak punya kemampuan negosiasi dengan virus agar menunda infeksi sampai kita siap produksi alkes dan obat sendiri,” tandasnya.

Ide cerdas itu, juga sedang berlomba antara kecepatan produksi Alkes dan Obat dalam negeri versus kecepatan penyebaran infeksi virus. Kira kira siapa yang menang?

Tak ingin berspekulasi lebih jauh, Adian meminta Eric jika memang ada mafia dan buktinya cukup maka segera lapor Presiden, lapor Polisi atau KPK. Lengkapi bukti bukti kemudian tangkap, jangan lantas bicara ke media saja dan membuat rakyat dan pelaku usaha saling curiga.

Kata Adian, ini situasi di mana semua tertekan, jangan ditambah dengan tuduhan kanan kiri lagi.

Jangan juga membuat importir dan trader yang mau impor jadi tidak berani karena takut di tuduh mafia sementara kebutuhan Alkes dan Obat untuk 260 juta jiwa itu tidak sedikit dan belum tentu Negara mampu memenuhi semuanya sendiri. (rhm)

Berita Lainnya

Terkini