Kabarnusa.com – Pariwisata massal yang dikembangkan pemerintah dalam menjaring sebanyak mungkin wisatawan dinilai bertentangan dengan prinsip pariwisata yang berkualitas.
Di pihak lain, arus globalisasi ditandai masuknya era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), tak bisa dibendung, sehingga menjadikan pariwisata Bali dan Indonesia menghadapi tantangan tidak ringan.
Berangkat dari latar belakang itulah Keluarga Alumni Universitas Gadjah Mada (Kagama) Bali menjadi tuan rumah talkshow bulanan “TERAS KITA” yang akan dilangsungkan Sabtu, 23 April 2016. Acara digelar di Gedung Kanwil BNI 46, Jalan Raya Puputan Renon, Denpasar.
“Acara ini adalah acara Kagama Pusat dan biasanya di Jakarta tapi kali Bali dipilih sebagai penyelenggara,” kata Ketua Kagama Bali AA Oka Wisnumurti dalam jumpa pers, Selasa, 19 April 206 di Warung Kubu kopi, Denpasar .
Acara serupa, sebelumnya, digelar luar Jakarta, baru kota Semarang yang pernah menjadi tuan rumah. Itu pun karena Ketua Kagama Pusat adalah Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo.
Adapun di Bali, seminar akan mengambil tema “Lompatan Paradigma Pariwisata, Quality Tourism, MEA dan SDM Kita”.
Menteri Pariwisata Arief Yahya, AA Suryawan Wiranatha (akademisi Unud) dan praktisi pengembangan pariwisata pedesaan Made Suarnatha dari Yayasan Wisnu diagendakan menjadi pembicara dalam Talkshow itu.
Dipilihnya tema pariwisata, menurut Ketua Panitia AA Gde Putra, mengingat dangkat karena denyut ekonomi Bali masih didominasi oleh sektor ini yang angkanya bisa mencapai 70 persen.
Sementara ada persoalan di lapangan dimana pariwisata massal yang dikembangkan pemerintah untuk menjaring sebanyak mungkin wisatawan ternyata sering dinilai bertentangan dengan prinsip pariwisata yang berkualitas.
“Kemudian juga telah datang era MEA yang bisa menjadi tantangan atau , pun peluang bagi Bali,” ujarnya.
Karenanya, Talkshow diharapkan akan memberikan formula yang tepat dalam upaya mencari jalan keluar atas permasalahan tersebut.
Selain jumpa pers, diwarnai diskusi yang menghadirkan aktivis pengembangan pariwisata pedesaan Made Suarnatha.
Direktur Yayasan Wsinu itu menegaskan, bila ingin eksis di era MEA pariwisata Bali justru harus kembali ke kawitan dengan mengembangkan potensi desa dan memberdayakan masyarakatnya.
“Jika tidak, pariwisata berbasis kapital justru akan menyengsarakan warga Bali,” imbuh Suarnatha. tidak, pariwisata berbasis kapital justru akan menyengsarakan warga Bali,” imbuh Suarnatha. (kto)