Kampanye Cegah Perusakan Lingkungan, Lima Pesepeda Keliling Bali

8 Februari 2016, 21:40 WIB

Kabarnusa.com – Lima orang pesepada sebagian besar usia lanjut berkeliling Pulau Bali menempuh jarak sekira 410 kilometer sembari menyuarakan penolakan reklamasi Teluk Benoa.

Mereka yang tergabung dalam Komunitas sepeda Samas Bali, menuntaskan perjalanan dengan waktu 4 hari, dengan kecepatan rata-rata 16 km/h dan total menghabiskan waktu mengayuh sepeda yakni 25 jam, 36 menit.

Para pengayuh sepeda ini tiba ditemui di Pura Dalem Segara di Pantai Padang Galak, Denpasar Senin (8/2/2016) sekitar pukul 15.00 Wita.

Kelima pesepeda tangguh itu adalah I Dewa Merthakota (59), Made Gde Sugiartha (50), Wayan Artha (48), Dewi Mahayanthi dan Syamsul Anwar. Haus, tentu.

Komunitas sepeda ini, mengawali perjalanannya dari Kantor DPRD Provinsi Bali pada Jumat lalu (5/2). Setelah kurang dari 4 hari mereka mengayuh sepeda, setidaknya ada 12 pura mereka singgahi dan melakukan persembahyangan.

Sejumlah Pura di pesisir yang disambangi diantaranya Pura Tanah Kilap, Denpasar dan ke Pura Petitenget Kerobokan, Badung. Pura Rambut Siwi, Negara  dan mekemit/bermalam di areal Pura. Mereka menempuh nya kurang lebih 110 km.

Keesokan paginya, mereka melanjutkan ke Pura Tirta Segara Rupek Jembrana dan Pura Nyi Roro Kidul,  Selanjutnya Tim menuju ke Pura Pulaki, Buleleng.

Seusai bersembahyang di sana, tim melanjutkan perjalanan menuju Pura Ponjok Batu di Buleleng, Pura Manik Kembar di Batu Belah, Tulamben, Karangasem.

Perjalanan berlanjut ke Bukit Asah Karangasem, dari sana mereka melanjutkan perjalanan ke ke‎ Pura Silayukti, ‎kemudian ke Pura Goa Lawah, menuju Pura Watu Klotok, Pura Masceti, Pura Er jeruk, dan terakhir ke Dalem Segara di Padang Galak, Sanur.

“Perjalanan panjang searah jarum jam disebut Ngider Bhuwana,” sebut selaku Ketua harian Samas Bali Endra Datta dalam keterangan tertulisnya diterima Kabarnusa.com.

Perjalanan panjang itu, untuk mendorong agar tidak lagi ada pengerusakan lingkungan di Bali.

“Kami memohon agar reklamasi Teluk Benoa tidak jadi dilakukan dan Bali tetap selamat aman damai,” ujarnya.

Salah seorang pesepeda satu-satunya perempuan, Mahayanthi mengatakan perjalanan ini cukup berat ditempuhnya.

Mahayanthi terkesima, saat dalam perjalanan yang panjang ini ia tempuh, banyak pemuda dan pemudi dalam perjalanan yang berteriak-teriak tolak reklamasi dan membuat kelima pesepeda ini tambah semangat.

Samas Bali menilai, salah satu permasalahan serius Bali yang terkait dengan rencana perusakan lingkungan dan kawasan suci adalah rencana reklamasi teluk benoa.

Untuk itu, Samas Bali bersikap tegas menolak segala bentuk perusakan lingkungan termasuk rencana menguruk teluk ini.

Salah satu bentuk sikap penolakan ini adalah dengan program bersepeda dari Denpasar menuju Jakarta dengan misi penolakan reklamasi Teluk Benoa pada tahun 2014.

Koodinator Forum Rakyat Bali (ForBALI) Wayan ‘Gendo’ Suardana menyambut positif gerakan tersebut.

“Mereka mendapatkan respon langsung masyarakat, dari cerita mereka, para pemangku dan anak muda lainnya, ikut mengangkat tangan kiri, menyuarakan penolakan reklamasi teluk Benoa,” imbuhnya. (kto)

Berita Lainnya

Terkini