![]() |
Kepala Staf Kepresidenan Dr. Moeldoko/Dok. KSP |
Jakarta – Kepala Staf Kepresidenan Dr. Moeldoko meminta melonjaknya
kasus aktif Covid-19 di Kabupaten Kudus, Jawa Tengah dalam beberapa pekan
terakhir harus menjadi pelajaran bersama agar tetap waspada terus mentaati
prokes.
Dia meminta kasus di Kudus, Jawa Tengah dan daerah lain yang menunjukan tren
kenaikan angka kasus positif secara signifikan dapat menjadi pelajaran bersama
seluruh masyarakat Indonesia bahwa corona masih ada dan masih berbahaya.
“Kita tidak boleh abai. Jangan sampai terjadi di daerah lain, kita harus tetap
disiplin protokol kesehatan,” jelas Moeldoko dalam siaran pers di Jakarta,
Jumat (4/6/2021).
Lonjakan kasus positif Covid-19 di Kudus terjadi usai Liburan Hari Raya Idul
Fitri. Puluhan desa terkena, angka kematian di kawasan ini meninggi.
Banyak tenaga kesehatan yang sudah menjalani vaksinasi dua kali pun terkena.
Mengutip data Dinas Kesehatan Kudus per 2 Juni 2021, kasus Covid-19 di Kudus
mencapai 1.243.
Dari jumlah itu, 287 pasien dalam perawatan dan 956 isolasi mandiri. Bahkan
sebanyak 189 tenaga kesehatan dinyatakan positif tertular virus corona, dan
salah seorang diantaranya sudah meninggal dunia.
Angka tersebut juga menjadikan Kudus sebagai satu-satunya zona merah Covid-19
di Pulau Jawa dalam sepekan terakhir.
Moeldoko memastikan, Pemerintah bergerak sigap mengatasi perkembangan situasi.
Bahkan kata Moeldoko, Presiden telah memerintahkan seluruh Menteri, Satgas
Covid dan Gubernur Jawa Tengah mengantisipasi kondisi di Kabupeten Kudus yang
mulai kewalahan menampung pasien.
Kementerian kesehatan juga telah memeriksa sampel Covid 19 di wilayah itu
untuk dideteksi apakah penularan Covid di wilayah itu akibat mutasi baru.
Dari hasil monitoring ditemukan fenomena bagaimana masyarakat tidak cukup
disiplin menjaga protokol kesehatan. Sekali lagi, harus belajar apa yang
terjadi di Kudus untuk tetap disiplin menjaga protokol kesehatan.
“Apa yang terjadi di Kudus bisa terjadi di banyak tempat di Indonesia jika
masyarakat tidak disiplin menjaga protokol kesehatan, tetap 3 T dan 3 M,”
jelas Moeldoko.
Dia meminta agar seluruh tokoh masyarakat, juga tokoh agama yang ada di Kudus
untuk membantu mengampanyekan disiplin protokol kesehatan demi mengendalikan
kondisi.
“Terutama menghindari kerumunan, menunda dulu tradisi ziarah keagamaan. Tanpa
mengurangi rasa hormat kita pada tradisi, tunda dulu demi menyelamatkan
keluarga kita,” tutupnya. (rhm)