Bitung – Balai Pelatihan dan Penyuluhan Perikanan (BPPP) Bitung, di bawah naungan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), telah berhasil mengembangkan inovasi penting dalam budidaya ikan.
Tim peneliti BPPP Bitung menemukan bahwa air kelapa dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan jumlah ikan nila jantan melalui pakan. Metode ini menawarkan solusi alami, ramah lingkungan, dan
Bagi para pembudidaya ikan. Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (BPPSDM KP), I Nyoman Radiarta, menyatakan inovasi ini tidak hanya mendukung keberlanjutan perikanan, tetapi juga memperkuat kapasitas sumber daya manusia di sektor kelautan dan perikanan.
“Kaji terap ini memberikan pengetahuan baru yang aplikatif bagi instruktur, widyaiswara, dan pembudidaya, sehingga diharapkan dapat meningkatkan produktivitas dan daya saing mereka di industri kelautan dan perikanan,” kata Nyoman Radiarta dalam keterangan tertulisnya Minggu 16 Februari 2025.
Maskulinisasi ikan nila merupakan metode umum dalam budidaya karena ikan nila jantan tumbuh lebih cepat dari betina. Proses maskulinisasi biasanya menggunakan hormon sintetik seperti 17α-metiltestosteron.
Meskipun efektif, hormon ini berpotensi meninggalkan residu berbahaya bagi lingkungan dan kesehatan manusia.
“Kami ingin menawarkan alternatif yang lebih aman dan berkelanjutan bagi pembudidaya.
“Penggunaan air kelapa dalam pakan tidak hanya mengurangi ketergantungan pada hormon sintetik, tetapi juga memanfaatkan sumber daya alam Indonesia yang melimpah,” jelas Kepala BPPP Bitung, Natalia.
Penelitian tentang penggunaan air kelapa untuk maskulinisasi ikan nila telah dilakukan di Workshop Budidaya BPPP Bitung dari tanggal 25 September hingga 22 November 2024.
Dalam percobaan ini, larva ikan nila diberi pakan yang dicampur dengan air kelapa dengan dosis yang bervariasi selama 14 hari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dosis 0,12 ml air kelapa per gram pakan menghasilkan maskulinisasi yang optimal, dengan persentase ikan jantan mencapai 66,32 persen.
Selain itu, penelitian ini juga membuktikan bahwa penggunaan air kelapa tidak berdampak negatif terhadap tingkat kelangsungan hidup ikan.
Bahkan, ikan yang diberi pakan berbasis air kelapa menunjukkan pertumbuhan yang stabil dan tingkat kelangsungan hidup yang tinggi, mencapai 98,89 persen.
Kaji terap ini memberikan manfaat yang signifikan bagi industri perikanan dan pembudidaya. Metode ini dipuji karena inovasinya dalam meningkatkan efisiensi pakan (Boby Vintonius, PT. Central Protein Prima Tbk) dan pentingnya kualitas benih (Mika Dendeng, UPR Golden Fish Farm).
Yang paling penting, metode ini memberikan solusi praktis dan ekonomis bagi pembudidaya ikan.
Supardi Mamonto, seorang pembudidaya ikan, mengatakan bahwa air kelapa mudah didapat dan murah, sehingga membantu meningkatkan produksi ikan nila jantan dengan biaya yang lebih rendah.
Inovasi KKP ini menawarkan solusi alami untuk maskulinisasi ikan nila. Tujuannya adalah mendorong lebih banyak pembudidaya untuk mengadopsi metode ini. Untuk mempermudah implementasi, panduan teknis akan segera disusun.
Natalia menambahkan, “Pengembangan penelitian ini akan terus dilakukan untuk mencapai hasil optimal dan menjadi standar baru budidaya ikan nila di Indonesia.
Inovasi ini sejalan dengan arahan Menteri Kelautan dan Perikanan, Sakti Wahyu Trenggono, yang mendorong seluruh unit kerja KKP untuk berinovasi demi peningkatan produktivitas masyarakat kelautan dan perikanan. ***