Denpasar – Kelompok Kanti Molas menampilkan 20 karya lukis tradisional Bali di Santrian Art Gallery Sanur, Denpasar.
Kata Pengelola Santrian Art Gallery Sanur, Made Dolar Astawa, gagasan tampilnya kelompok Kanti Molas disamping perenungan dan pelestarian, juga ruang mendedikasikan, membangun apresiasi keberadaan seni rupa klasik maupun tradisional di Pulau Dewata.
Melalui pameran kelompok Kanti Molas 2024 ini, sebagai upaya pelestarian dalam menjaga keberlanjutan dengan kreativitas baru yang tetap berakar pada naluri kultural agraris dan warisan teknik sigar mangsi.
“Serta sapuan sebagai penegasan jati diri seni lukis tradisional Bali,” kata Made Dolar Astawa dalam keterangannya di Sanur, Jumat 8 November 2024.
Pameran menampilkan 20 Karya lukis tradisional Bali ini, merupakan buah pikiran pelukis, mewakili ciri khas kepribadiannya masing-masing.
Momentum tahun kedua bertempat di Santrian Art Gallery Sanur, para pelukis tradisional mendeklarasikan buah cipta dengan capaian estetika spontanitas dinamis kreatif berangkat dari akar tradisi.
“Sudah tentu pencirian tematik dengan paduan stelistik indiviual dan teknik manual turunan dari masab Ubud dan dan Batuan,” imbuh Made Dolar Astawa.
Bertajuk “Titi Tutur Tatwa”, merupakan jembatan atau jalan penghubung dalam usaha mengintisarikan serat cerita menjadi sebuah karya cipta seni lukis.
Serat cerita Tantri, mengisahkan penggalan Mahaberata dan Ramayana tersurat tutur pinutur sebagai pengetahuan kehidupan sosial serta bakti kepada Tuhan, manusia dan alam semesta.
Tercetusmya tema merupakan pengejawantahan Tri Hita Karana dengan penuh suratan pesan keluhuran jiwa memberi petuah dan kebijaksanaan ajaran leluhur.
Konteks pameran kali ini, divisualkan secara stilistika-estetika nampak capaian individual memperluas ambang batas nilai antara intensitas rupa yang meluapkan histeria, kesan magis dan duka.
Usaha memvisualkan karya dua demensi mengusung tema “Titi Tutur Tatwa” dalam attian Titi merupakan jembatan atau jalan penghubung dalam usaha mengintisarikan serat cerita menjadi sebuah karya cipta seni lukis.
Penggalan Mahaberata dan Ramayana tersurat tutur pinutur sebagai pengetahuan kehidupan sosial serta bakti kepada Tuhan, manusia dan alam semesta.
Tema merupakan pengejawantahan Tri Hita Karana, dengan penuh suratan pesan keluhuran jiwa memberi petuah dan kebijaksanaan ajaran leluhur.
Pameran lukisan ini mendapat sambutan hangat masyarakat dari berbagai kalangan dan penikmat seni. Tampak Rektor ISI Denpasar Prof Kun Adnyana, kurator Jean Couteau, Sastrawan Warih Wisatsana dan Noorca Massardi, pelukus Wayan Redika hingga wisatawan asing lainnya.
Diketahui, Kelompok Kanti Molas merupakan kumpulan pelukis berlatar belakang gaya Tradisional Bali yang berada di daerah Ubud.
Lahir dari keinginan, kesadaran dan keriduan untuk berkumpul dan berbagi pengetahuan guna mendapatkan ide-ide cemerlang demi kemajuan dalam bidang berkesenian terutama seni lukis traditional Bali.
Berdiri tahun 2020, kelompok Kanti Molas diprakarsai Pelukis I Wayan Wartayasa, pada pameran perdananya di Museum Puri Lukisan, diikuti 20 orang seniman di antaranya Ketut Sadia, Made Sujendra (Batuan), Gusti Putu Diatmika, Wayan Mardika (Keliki), I Nyoman Suandi, Made Ariasa, Wayan Wardita, Wayan Rurnantara (Payangan), Nyoman Sana, Nyoman Tapa (Baung-Sayan), Pande Wayan Brata, Pande Ketut Bawa, Made Arka, Made Awan, Nyoman Sunartha (Tegallalang), Made Sudiatta, I Kadek Suartika (Tebesaya), Wayan Murka, dan Dewa Surnanayadnya. ***