KabarNusa.com – Keluarga besar di Bali tidak percaya dengan kasus dugaan pemerasan yang dialamatkan kepada Jero Wacik karena selama ini selain dikenal jujur dan sebagai pemangku atau pemuka agama.
Nengah Martono, salah seorang sepupu Jero Wacik tinggal di Banjar Batur Tengah Kota, Desa Batur Tengah, Kecamatan Kintamani, Bangli terkejut mendengar kasus yang membelit Sekretaris Majelis Tinggi Partai Demokrat itu.
Menurut Martono, keluarga besar juga kecewa atas pemberitaan yang menyebutkan, Jero seorang pemeras di kementerian yang dipimpinnya.
Sejak kecil,Jero sudah dikenal sebagai pemangku yang memimpin upacara keagamaan dan hingga sekarang masih menjadi pemangku di Pura Bukit Mentik desa setempat.
Selain pekerja keras dan dibekali ilmu keagamaan yang memadai, Jero dikenal keluarga dan warga sangat disiplin dalam hidupnya.
“Kami yakin beliau tidak melakukan seperti itu, karena seorang pemangku desa pantang memeras” sambungnya.
Rumah seluas kurang lebih 10 are itu tampak tua dimakan usia, Bali yang berkunjung ke rumah warisan pemberian orang tua Jero Wacik ini menurut Martono sama sekali belum pernah dipugar. Seluruh keluarganya hidup sederhana tanpa bantuan dari Jero Wacik.
“Saya jualan kain di pasar Kintamani, itu saja dan tidak ada bantuan dari Bapak, ” ungkap Martono.
Senada dengan Martono, Putu Puspawati juga menegaskan jika dirinya hanyalah seorang penjual kopi di pasar Jeruk Kintamani, karena itu adanya sangkaan aset Jero Wacik senilai Rp16,6 milyar diapun kaget. Martono dan Puspa sangat percaya jika Jero Wacik tidak pernah melakukan pemerasan.
“Sekali lagi saya yakin bapak tidak melakukan hal itu, memang saya nonton terus beritanya sejak 2 bulan tapi bapak tidak pernah cerita apapun perihal masalah pekerjaannya tidak pernah sama sekali,” tegasnya (kto)