Kembali Khittah, Napak Tilas Perjuangan 70 Tahun HMI di Yogyakarta

4 Februari 2017, 06:44 WIB
Konferensi pers acara napak tilas perjuangan 70 tahun HMI di Yogyakarta (foto:istimewa)

YOGYAKARTA – Dalam memperingati Dies Natalis ke 70 Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) digelar napak tilas diikuti Keluarga Alumni HMI (KAHMI) dan kader untuk mengingatkan sekaligus meluruskan kembali khittah semangat nilai-nilai awal saat kelahiran HMI di Kota Yogyakarta.

Kegiatan Napak Tilas Perjuangan 70 Tahun HMI yang dipusatkan di Kota Yogyakarta akan digelar pada akhir pekan ini diperkirakan diikuti 700 an peserta dari KAHMI dan kader HMI lainnya di Indonesia.

Sejumlah tokoh akan hadir dalam kegiatan yang dikemas KAHMI Forever Jalan Sehat diantaranya Mahfudz MD, Akbar Tanjung, Prof. Ichlasul Akmal, Chumaidi Syarif Romas, Senopati, Ferry Mursidan Baldan, Retna Susanti, M Taufik NH.

Terkait kegiatan tersebut, Ketua Panitia Napak Tilas Perjuangan 70 Tahun HMI, M Iqbal Djayusman, mengungkapkan, HMI sebagai organisasi mahasiswa ekstra kampus cukup besar di Indonesia saat ini dinilai telah kehilangan semangat awal pendirian organisasi.

Dikatakan, HMI dinilai kurang tajam dan kurang memiliki gaung dalam mengkritisi kebijakan Pemerintah yang disebabkan sikap sejumlah oknum kader HMI yang telah mengalami pergeseran nilai, hingga akhirnya diikuti kader lainnya.

“Khittah HMI itu sebenarnya sudah jelas tertuang dalam visi misi organisasi. Yakni, mendukung kebhinekaan sesuai Al-Quran dan Hadist,” tegas dia saat konferensi pers, Jumat (3/2/17).

Karenanya, guna memperingati Dies Natalis ke 70 HMI, digelar acara napak tilas agar kader HMI dapat mengingat dan meluruskan kembali semangat dan nilai-nilai awal saat HMI pertama kali didirikan di Yogyakarta. Rencananya, acara napak tilas dipusatkan di Benteng Vrederburg Yogyakarta melewati sejumlah tempat-tempat bersejarah bagi perjuangan HMI.

Di antaranya, eks Kampus Sekolah Tinggi Islam (STI) di Jalan Secodiningratan, yang menjadi tempat lahirnya HMI, Asrsma Mahasiswa STI sebagai Kantor Sekretariat awal HMI, Plengkung Wijilan yang pernah menjadi tempat bentrok berdarah kader HMI dengan kader PKI dan sebagainya.

Presidium KAHMI, Buyung Muhammad Iqbal menambahkan, dengan budaya berupa napak tilas ini, ingin mengulang kembali sejarah pendirian dan semangat HMI. Juga untuk mencari nilai-nilai yang saat ini telah ditinggalkan.

“Diharapkan ke depan semua kader HMI dapat berkontribusi lebih, baik dari sisi sosial kemasyarakatan maupun dalam memperbaiki kodisi politik di Indonesia,” imbuh Buyung.

Kegiatan lainnya dalam acara Dies Natalis ke-70 HMI sarasehan untuk membahas situasi dan kondisi terakhir bangasa yang mencoba membedah dan mencari solusi atas berbagai macam potensi konflik di Indonesia bebeberapa waktu terakhir, yang dipicu berbagai hal baik itu masalah agama, suku, ras, strata sosial, pandangan politik dan seterusnya. (rhm)

Berita Lainnya

Terkini