Kepatuhan Masyarakat Terhadap Prokes Berkurang, Ketua Satgas Minta Posko Covid-19 Diaktifkan

6 Januari 2021, 05:17 WIB

Ketua Satuan Tugas (Satgas) Penanganan COVID-19 Doni Monardo /BNPB

Jakarta – Keberadaan Posko COVID-19 di daerah diminta diaktifkan karena
adanya perubahan perilaku berkurangnya kepatuhan masyarakat terhadap protokol
kesehatan.

Untuk Ketua Satuan Tugas (Satgas) Penanganan COVID-19 Doni Monardo meminta
seluruh pemangku kebijakan di daerah untuk mengaktifkan kembali Posko-posko
COVID-19, guna meningkatkan kedisiplinan masyarakat di tingkat kelurahan
hingga mencakup RT dan RW.

Sebab, hal itu pula yang menjadi penyebab angka kasus COVID-19 kembali naik di
sejumlah daerah.

Tahun anggaran diharapkan para Bupati, Wali Kota dan juga Gubernur bisa
mengalokasikan dana untuk tersedianya posko, mulai dari tingkat provinsi
sampai dengan paling tidak tingkat kelurahan.

“Sysukur kalau anggarannya cukup bisa sampai tingkat RT dan RW,” ujar Doni
dalam Rapat Rencana Sosialisasi Program Vaksinasi Tahun 2021 di Jakarta,
Selasa (5/1/2020).

Doni optimis apabila hal tersebut dapat dilakukan, maka kasus aktif yang
selama ini selalu meningkat kemudian dapat ditekan kembali. Sebab, kunci dari
keberhasilan dalam rangka memutus mata rantai penularan COVID-19 adalah peran
serta masyarakat sebagai garda terdepan.

“Kalau ini bisa dilakukan, maka kami yakin kasus aktif yang selama ini cukup
tinggi bisa kita tekan kembali,” ucapnya.

Data mengenai adanya penurunan kedisiplinan masyarakat terkait protokol
kesehatan 3M seperti; mencuci tangan dengan sabun, memakai masker dan menjaga
jarak menghindari kerumunan, didapatkan dari hasil monitoring di beberapa
daerah oleh tim dengan jumlah ribuan orang.

Dia juga mengatakan bahwa hasil dari monitoring lapangan tersebut juga dapat
dipantau oleh Pemerintah Daerah melalui situs resmi Satgas Penanganan COVID-19
maupun dari _dashboard_ Bersatu Lawan COVID-19.

“Sudah ratusan juga orang yang telah dipantau oleh para pelapor yang jumlahnya
mencapai ribuan orang,” ungkapnya. Sebagaimana laporan sebelumnya, bahwa kasus
aktif secara nasional berada pada angka 14,26 persen. Hal itu mengalami
penurunan selama dua bulan terakhir.

Kemudian untuk angka kesembuhan berada pada 82,77 persen dan hal itu juga
mengalami penurunan dibandingkan pada periode dua bulan yang lalu.

Kasus harian aktif dilaporkan ada sebanyak 772.103 orang yang terpapar
COVID-19. Untuk kasus sembuh sudah mencapai 639.103 orang. Berikutnya untuk
angka kematian sebesar 22.911, yang secara nasional masih berada di bawah
rata-rata angka kematian global dengan selisih 0,81 persen.

Dari data tersebut menunjukkan bahwa kasus kematian masih cukup tinggi
meskipun kasus aktif dan angka kesembuhan sudah jauh dari rata-rata global,
tetapi lebih rendah dibandingkan pada bulan November yang lalu dengan selisih
12,83 persen.

Adapun menurut Doni, selisih penurunan dan peningkatan kasus yang terjadi di
Indonesia pada dua bulan terakhir terjadi karena beberapa faktor, salah
satunya adalah adanya libur panjang.

Hal itu tentunya harus menjadi catatan penting bagi setiap daerah, khususnya
yang sebelumnya terus aktif melaporkan data kejadian dan masih mengalami
peningkatan yang cukup signifikan agar segera mengambil kebijakan sesuai
arahan sebelumnya.

“Setelah libur panjang kita lihat peningkatan kasusnya luar biasa ketat,” ujar
Doni. “Ini alarm bagi kita semua, mohon ini kita cermati, terutama di daerah
yang secara rutin setiap hari laporan yang kami terima belum mengalami
penurunan,” tutupnya.(rhm)

Berita Lainnya

Terkini