Kepergian Mendadak Diplomat Muda Berprestasi Guncang Kemenlu dan UGM

Duka mendalam menyelimuti keluarga besar Kemenlu RI dan UGM atas berpulangnya Arya Daru Pangayunan, seorang diplomat muda

9 Juli 2025, 19:14 WIB

Yogyakarta – Duka mendalam menyelimuti keluarga besar Kementerian Luar Negeri RI dan Universitas Gadjah Mada (UGM) atas berpulangnya Arya Daru Pangayunan, seorang diplomat muda yang dikenal akan kecerdasan, kerendahan hati, dan dedikasinya.

Kepergian Arya secara mendadak pada Senin, 8 Juli 2025, di Jakarta, meninggalkan lubang besar di hati banyak pihak.

Almarhum Arya Daru Pangayunan, alumnus Departemen Ilmu Hubungan Internasional (DIHI) UGM angkatan 2005, ditemukan meninggal dunia dalam kondisi yang mengejutkan di kamar kosnya di Menteng, Jakarta Pusat.

Jenazahnya ditemukan dengan kepala terlakban dan tubuh tertutup selimut, memunculkan tanda tanya besar.

Jenazah almarhum diberangkatkan dari Jakarta pada pukul 06.00 WIB pagi dengan pengawalan ketat dan tiba di Yogyakarta sekitar pukul 15.00 WIB.

Setibanya di kota pelajar, jenazah langsung dibawa ke rumah duka di kediaman mertuanya, Prof. Dr. Basu Swasta, di Jalan Munggur 6, Jomblang, Janti, Bantul.

Rencananya, Arya akan disemayamkan terlebih dahulu sebelum dishalatkan dan dimakamkan di Pemakaman Umum Sunten, sekitar tiga kilometer ke selatan dari rumah duka.

Di rumah duka, raut duka tak bisa disembunyikan dari keluarga. Kakak ipar almarhum, Meta Bagus, mengungkapkan syok dan kebingungan yang mendalam atas kepergian adik iparnya.

“Saya benar-benar syok, bingung bagaimana menyampaikannya,” ujarnya lirih.

Agus mengenang Arya sebagai sosok yang luar biasa. “Kenangan saya dengan Daru bukan hanya yang menyenangkan. Sejak SD saya sudah kenal, dan sampai dewasa tidak pernah sekalipun melihat dia marah. Orangnya selalu tersenyum, bahkan saat lelah pun tetap tenang dan ramah. Jadi memang bukan hanya sebatas adik ketemu ‘gede’ saja,” kenang Agus, menggambarkan betapa dekat hubungan mereka.

Arya, menurut Agus, adalah ayah yang sangat menyayangi keluarganya. Ia sering pulang ke Yogyakarta untuk menjenguk istri dan kedua anaknya yang masih kecil, berusia kelas 1 SMP dan kelas 4 SD. “Kadang seminggu sekali, kadang dua kali.

Akhir pekan tiba-tiba datang. Anak-anaknya masih kecil, kelas 1 SMP dan kelas 4 SD. Mereka tinggal bersama ibunya (adik saya) di Yogyakarta,” tambahnya.

Mengenai penyebab kematian almarhum yang janggal, Agus enggan berkomentar lebih jauh. Ia hanya menegaskan bahwa almarhum tidak terindikasi memiliki masalah apapun sebelumnya.

Saat ditanya ada kejanggalan meninggalnya almarhum, Agus enggan memberikan komentarnya. Ia juga menyampaikan, almarhum tidak terindikasi masalah apapun. Diketahui, almarhum ditemukan meninggal dunia dalam kondisi yang janggal di kamar kosnya di Menteng, Jakarta Pusat. Jenazahnya, yang ditemukan dengan kepala dilakban dan tubuh tertutup selimut.

“Enggak ada apa-apa. Beliau itu enggak pernah marah , dari SD gitu. Kalaupun tuh dia lagi capek pekerjaan atau apa gitu, dia tetep senyum gitu ya, senyum simpul gitu. Selebihnya selalu ketawa.
Jadi bagi saya practicaling, sepertinya kok enggak ada ya kalau masalah,” ujarnya.

“Jadi, saya tidak berkomentar soal itu (yang kejanggalan). Intinya saya mohon ke teman-teman mohon tolong didoakan beliaunya, kalau ada salah kata ke teman-teman, salah perkataan, segala macam semuanya mohon dimaafkan. Semoga almarhum dilapangkan jalan segala sesuatunya,” pungkas Agus.

UGM Desak Usut Penyebab Meninggalnya

Terpisah, mewakili almameternya, Ketua Departemen Ilmu Hubungan Internasional UGM, Nur Rahmat Yuliantoro, turut menyatakan duka yang mendalam.

“Keluarga besar DIHI UGM turut berduka cita atas berpulangnya Arya Daru Pangayunan. Ia dikenal sebagai diplomat yang handal dan membanggakan. Semoga almarhum mendapat tempat terbaik di sisi-Nya dan keluarga yang ditinggalkan diberi kekuatan,” ucapnya.

Lebih lanjut, Rahmat mendesak pengusutan menyeluruh apabila ditemukan kejanggalan dalam peristiwa meninggalnya almarhum karena ada dugaan penyebab kematiannya, termasuk kemungkinan adanya unsur kekerasan.

“Jika memang terdapat hal-hal yang tidak wajar, perlu diusut tuntas demi kemanusiaan dan tanggung jawab negara dalam melindungi warganya,” pungkas Rahmat. ***

Berita Lainnya

Terkini