Ketika Idul Fitri Menyentuh Jiwa: Kisah dari Lapas Kerobokan

Kemeriahan perayaan Idul Fitri di lingkungan Lapas Kerobokan tidak hanya dirasakan oleh WBP, tetapi juga oleh para pemimpin dan staf lembaga tersebut.

31 Maret 2025, 23:26 WIB

Badung – Suasana penuh rasa khidmat menyelimuti Lapangan Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas IIA Kerobokan, saat sebanyak 965 Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) yang beragama Islam berkumpul untuk melaksanakan Sholat Idul Fitri 1446 H pada pagi hari, Senin, 31 Maret 2025.

Momentum perayaan hari kemenangan ini menciptakan suasana yang damai dan sarat makna di balik dinding-dinding lembaga pemasyarakatan.

Prosesi ibadah yang dimulai pukul 07.00 WITA itu dipimpin oleh Ustadz Syahrullah Hamid S.Pd.I, seorang pemuka agama dari Wahdah Islamiyah Bali, yang bertindak sebagai imam sekaligus menyampaikan khutbah.

Kehadirannya menjadi simbol pengayoman spiritual bagi para WBP, membawa pesan keimanan dan harapan di tengah tantangan kehidupan.

Kemeriahan perayaan Idul Fitri di lingkungan Lapas tidak hanya dirasakan oleh WBP, tetapi juga oleh para pemimpin dan staf lembaga tersebut.

Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pemasyarakatan Bali, Decky Nurmansyah, hadir bersama keluarga, ditemani Kepala Lapas Kelas IIA Kerobokan, Hudi Ismono, beserta jajaran staf lainnya yang beragama Islam. Kehadiran mereka menunjukkan solidaritas dan dukungan terhadap pembinaan yang dilakukan di lembaga ini.

Khutbah yang disampaikan oleh Ustadz Syahrullah Hamid mengusung tema “Membalas Keburukan Dengan Kebaikan Akhlak Yang Mulia,” tema yang dirancang dengan mendalam untuk relevansi kehidupan para WBP.

Pesan moral ini diharapkan dapat menjadi refleksi sekaligus motivasi bagi para jamaah untuk memperbaiki diri dan bersiap kembali ke tengah masyarakat dengan perilaku yang lebih baik.

Kegiatan Sholat Idul Fitri ini merupakan bagian dari program pembinaan kerohanian Islam yang rutin dijalankan di Lapas Kelas IIA Kerobokan.

Program ini bertujuan untuk memperkuat kualitas keimanan para narapidana sekaligus memberikan mereka kesempatan untuk tetap melaksanakan ibadah, meskipun berada di dalam lembaga pemasyarakatan.

Dengan adanya pembinaan semacam ini, diharapkan para narapidana mampu membangun karakter positif dan memupuk semangat untuk kembali menjadi pribadi yang lebih baik setelah menjalani masa hukuman.***

Berita Lainnya

Terkini