Kabarnusa.com – Para seniman Bali akan menampilkan ketokohan dan keteguhan sikap Ketua Umum DPP PDIP Megawati Soekarnoputri yang disimbolkkan lembu andini dalam kisah tarian berjudul Bianglala Mahardika.
Tarian Bianglala Mahardika itu bakal menjadi salah satu suguhan menarik yang akan menghibur peserta dan undangan Kongres Keempat PDIP di Bali adalah pentas seni oratorium Bianglala Mahardika yang menggambarkan perjalanan dan ketokohan Ketua Umum DPP PDIP Megawati Soekarnoputri.
Atraksi tarian itu melibatkan sekira 150 seniman mahasiswa dan dosen Institut Kesenian Indonesia (ISI) Denpasar itu, akan ditampilkan pada Rabu 8 April 2015 di Hotel Grand Bali Beach Sanur Denpasar.
Panitia Kongres PDIP mempercayakan ISI Denpasar untuk menghibur sekira 1800 delegasi dari 34 provinsi se Indonesia yang dihadiri langsung Megawati.
Pertunjukkan dirancang untuk menyemarakkan pembukaan kongres, berkisah tentang perjalanan ketokohan Megawati sebagai nahkoda PDIP.
Dikisahkan Rektor ISI Denpasar Gede Aria Sugiartha, tentang kendaraan Dewa Siwa yakni lembu andini, yang diturunkan ke bumi untuk menyelamatkan manusia dari segala keserakahan dan angkara murka.
“Cerita kendaraan Dewa Siwa berupa lembu andini, memang dikaitkan tema kongres PDIP,” tegasnya ditemui di sela gladi bersih Selasa (7/4/2015).
Kendaraan lembu diutus ke dunia untuk mewujudkan kesejahteraan umat di dunia.
Kemudian, Lembu andini yang diutus ke dunia diwujudkan dalam titisan menjadi manusia di sebuah keluarga pasangan Raditya Putra dan Melati Putri.
Lewat bahasa simboliknya, sosok Raditya Putra itu tak lain Bung Karno sedangkan Melati Putri adalah Fatmawati.
Akhirnya pasangan itu melahirkan seorang anak perempuan dinamakan Andini yang sejak awal disayang dikasihi kedua orang tuanya yang seorang pejuang.
Hanya saja, Gede Aria mempersilakan saja orang untuk menginterpretasikan jika sosok perempuan itu sebagai sosok Megawati.
“Andini itu sebagai tokoh wanita yang punya keteguhan jiwa seorang pemimpin yang sejati dan berhasil mengalahkan bromocorah, ketidakadilan hingga teror raksasa sang angkara murka,” sambungnya.
Perempuan tangguh itu berhasil mengalahkan kekacauan dan angakara murka di dunia dengan ideologi marheinisme.
“Kita masukkan ajaran marheinisme Bung Karno dalam pagelaran itu,” imbuh dia.
Selain 150 orang seniman dari Sekka gong, penabuh dan penari ada tiga narator yakni Kadek Suartaya, Kadek Widyana dan Putri Suastini.
Sajian pentas seni itu diharapkan bisa memukau tamu undangan dan peserta Kongres.
Panitia memang telah meminta ISI Denpasar sejak tiga bulan lalu untuk membantu pentas seni garapan Made Sidia dengan koreografi Suryanegara itu.
Diketahui, mereka juga pernah diundang untuk menampilkan tarian dan kreasi saat pembukaan dan penutupan Munas Partai Golkar di Nusa Dua, belum lama ini. (rhm)